Belakangan, saya memang jadi cerewet sekali di blog ini. Banyak bicara ini itu kesana kemari. Sebenarnya yang saya lakukan hanya upaya meringankan isi kepala. Manusia dalam sehari pasti melalui banyak hal dan perasaan. Menjelang pagi rasanya malas dan tidak bersemangat tapi bisa jadi siang hari kita justru tertawa membabi buta karena sebuah hal.
Saya jarang bertemu teman, jarang sekali semenjak bekerja. Apalagi berbagi cerita bahagia dan nestapa. Hanya sesekali saya bagi seperlunya melalui pesan teks. Senin-Jumat habis waktu untuk bekerja. Sabtu dan Minggu lebih sering untuk tidur dan menonton drama korea. Entah sudah bulan keberapa hari demi hari dan minggu demi minggu saya lewati hanya seperti itu. Tidak menikmati hidup? Entahlah, mungkin begitu menurut Tuhan hidup yang nikmat untuk saya lalui. Bukankah Tuhan selalu tau yang terbaik untuk kita?
Luapan kata-kata ini hanyalah sebuah bentuk obrolan saya dengan diri sendiri, karena kurangnya waktu bertemu teman. Tapi sebenarnya kalaupun saya bertemu teman, saya pasti mengurungkan niat saya untuk menceritakan segala hal yang memberatkan kepala. Kenapa? Karena berat itu tiba-tiba pindah ke hati. Tidak enak rasanya saya bercerita ini itu kepada teman yang sudah lama tidak saya temui. Meski mungkin yang namanya teman pasti senang karena jadi tempat berbagi. Entahlah, saya jadi terlalu banyak berpikir belakangan ini. Mau cerita, kemudian berpikir sampai akhirnya tidak jadi. Mau mengungkapkan perasaan, kemudian berpikir sampai akhirnya juga hanya berakhir jadi rangkaian kata di kepala. Selalu begitu.
Sampai akhirnya saya menemukan diri saya kembali. Inilah saya, yang justru memilih bercerita dengan diri sendiri ketimbang memaki hidup yang tidak adil kepada teman. Tidak, saya tidak pernah merasa hidup ini tidak adil. Saya beruntung selama ini tidak pernah menjadi orang seperti itu. Bahkan saya merasa Tuhan sangat menyayangi saya. Sering saya menginginkan sesuatu lalu menjanjikan Tuhan hal baik pada diri saya setelah keinginan saya dipenuhi (nazar). Kemudian saya merenung, kenapa melakukan hal baik pada Tuhan saja saya harus mengancam seperti itu. Bukannya nazar tidak baik menurut saya, itu hanya renungan saya sebagai hamba yang banyak meminta, meski sesungguhya hakikat nazar adalah menunjukkan kesungguhan pada Tuhan.
Semenjak renungan itu, saya jadi banyak berpikir untuk selalu lebih baik di mata Tuhan tanpa minta dikabulkan lebih dulu. Karena keyakinan saya, kalau kita selalu menunjukkan peribadi yang lebih baik setiap harinya pada Tuhan, bukan tidak mungkin Tuhan akan memberikan lebih dari apa yang kita minta. Selalu saya percaya itu.