Sunday, November 24, 2013

Meracau


Belakangan, saya memang jadi cerewet sekali di blog ini. Banyak bicara ini itu kesana kemari. Sebenarnya yang saya lakukan hanya upaya meringankan isi kepala. Manusia dalam sehari pasti melalui banyak hal dan perasaan. Menjelang pagi rasanya malas dan tidak bersemangat tapi bisa jadi siang hari kita justru tertawa membabi buta karena sebuah hal.

Saya jarang bertemu teman, jarang sekali semenjak bekerja. Apalagi berbagi cerita bahagia dan nestapa. Hanya sesekali saya bagi seperlunya melalui pesan teks. Senin-Jumat habis waktu untuk bekerja. Sabtu dan Minggu lebih sering untuk tidur dan menonton drama korea. Entah sudah bulan keberapa hari demi hari dan minggu demi minggu saya lewati hanya seperti itu. Tidak menikmati hidup? Entahlah, mungkin begitu menurut Tuhan hidup yang nikmat untuk saya lalui. Bukankah Tuhan selalu tau yang terbaik untuk kita?

Luapan kata-kata ini hanyalah sebuah bentuk obrolan saya dengan diri sendiri, karena kurangnya waktu bertemu teman. Tapi sebenarnya kalaupun saya bertemu teman, saya pasti mengurungkan niat saya untuk menceritakan segala hal yang memberatkan kepala. Kenapa? Karena berat itu tiba-tiba pindah ke hati. Tidak enak rasanya saya bercerita ini itu kepada teman yang sudah lama tidak saya temui. Meski mungkin yang namanya teman pasti senang karena jadi tempat berbagi. Entahlah, saya jadi terlalu banyak berpikir belakangan ini. Mau cerita, kemudian berpikir sampai akhirnya tidak jadi. Mau mengungkapkan perasaan, kemudian berpikir sampai akhirnya juga hanya berakhir jadi rangkaian kata di kepala. Selalu begitu.

Sampai akhirnya saya menemukan diri saya kembali. Inilah saya, yang justru memilih bercerita dengan diri sendiri ketimbang memaki hidup yang tidak adil kepada teman. Tidak, saya tidak pernah merasa hidup ini tidak adil. Saya beruntung selama ini tidak pernah menjadi orang seperti itu. Bahkan saya merasa Tuhan sangat menyayangi saya. Sering saya menginginkan sesuatu lalu menjanjikan Tuhan hal baik pada diri saya setelah keinginan saya dipenuhi (nazar). Kemudian saya merenung, kenapa melakukan hal baik pada Tuhan saja saya harus mengancam seperti itu. Bukannya nazar tidak baik menurut saya, itu hanya renungan saya sebagai hamba yang banyak meminta, meski sesungguhya hakikat nazar adalah menunjukkan kesungguhan pada Tuhan.

Semenjak renungan itu, saya jadi banyak berpikir untuk selalu lebih baik di mata Tuhan tanpa minta dikabulkan lebih dulu. Karena keyakinan saya, kalau kita selalu menunjukkan peribadi yang lebih baik setiap harinya pada Tuhan, bukan tidak mungkin Tuhan akan memberikan lebih dari apa yang kita minta. Selalu saya percaya itu.


Pink Skirt

Pink Skirt


White t shirt
etsy.com


Vero moda blazer
$55 - veromoda.com


Long skirt
$29 - newlook.com


Antik Batik flat sandals
calypsostbarth.com


Joie black purse
joie.com


Juicy Couture watch
juicycouture.com


Forever 21 neon scarve
forever21.com

Lets find love at coffee shop!

Friday, November 22, 2013

Memperbaiki Diri


Siapa sih yang tidak ingin dijodohkan dengan lelaki yang kaya, baik, pekerja keras, agamanya bagus, pintar mengaji, rajin puasa, tidak putus menjalankan Dhuha dan hal baik lainnya. Wanita mana yang tidak ingin diimami oleh sosok seperti itu? Saya pun ingin. Tapi saya merasa malu ketika meminta pada Tuhan sosok seperti itu. Apakah saya ini pantas? Saya banyak mendengar tentang hal baik bernama memperbaiki diri. Katanya, memperbaiki diri juga memperbaiki jodoh. Karena laki-laki yang baik untuk wanita yang baik dan begitu pula sebaliknya (QS 24:26).

Boleh dibilang saya ini sedang memperbaiki diri, yang entah kenapa ada sosok kamu di masa depan untuk jadi seseorang yang ingin saya perlihatkan hasilnya nanti. Tapi betapa tidak adilnya kalau sekarang mungkin kamu justru sedang berkenalan disana-sini, dekat dengan perempuan, pergi jalan, dan entah hal lain yang sudah pasti tidak saya ketahui.

Entah kenapa sosok kamu yang saya minta pada Tuhan. Padahal mungkin Tuhan ingin sekali menyiapkan seseorang lain yang lebih baik. Tapi selalu kamu yang saya sebut dalam doa.

Entah kenapa seperti itu.

Ah tidak apa, saya memperbaiki diri karena saya mengharapkan kebaikan yang diberikan Tuhan nantinya. Katanya, Tuhan selalu mendukung dan menemani orang-orang yang berbuat baik. Semoga yang saya lakukan ini diridhai Tuhan.

Diorama Kecewaku


Harusnya saya menghadirkan model tiga dimensi yang menejermahkan sebuah perasaan bernama kecewa. Tapi saya bukan seorang seniman yang bisa menghasilkan karya itu. Maka saya hanya bisa menggambarkan sebuah adegan perasaan melalui kata. Kemudian bergantung pada imajinasi yang dibangun sang pembaca.

Maaf kalau postingan saya sebelumnya terlalu sering mengumbar bagaimana saya kecewa. Perasaan itu terlalu bergumul di kepala sampai saya merasa tidak enak kalau belum tumpah ruah. Seorang bijak pernah berkata bahwa berbicara lewat kata lebih baik ketimbang berteriak di jalan raya. Tentu saja akal saya masih ada untuk berpikir bahwa berteriak di jalan raya bukanlah hal yang normal, karna saya bisa diteriaki gila.

Sudah cukup sebelumnya saya terlalu mengumbar bagaimana perasaan saya kepada kamu. Menumpahkan segalanya, membuat becek dimana-mana sampai saya sendiri yang terpeleset karna genangan perasaan yang saya tumpahkan itu. Mungkin saja kamu yang saya pikirkan justru malah sedang memikirkan bagaimana mengajak seseorang lain untuk jalan bersama. Kontras sekali. Jadi mungkin lebih baik saya menumpahkan perasaan ini melalui doa. Karena ada Yang Maha Mendengar segala yang dikeluhkan umatNya. Seperti anjuran ulama yang pernah saya dengar;

"Jangan pernah mengaku mencintai seseorang sebelum anda mendoakan ampunan dan keselamatan dunia akhirat untuknya"

Perlahan saya mulai mengerti bagaimana cara mencintai dengan tulus di jalan yang benar. Betapa menguntai doa untuk seseorang yang dicinta adalah bentuk cinta yang paling indah. Kalaupun Tuhan tidak menakdirkan saya dengan seseorang yang saya cinta itu, sudah pasti sekali selama saya memelihara cinta selalu dilalui dengan hal baik yaitu doa.

Bukankah kecewa juga bentuk perasaan yang diberikan Tuhan? Mungkin ada yang harus saya tebus dalam melewati perasaan ini. Mungkin Tuhan ingin saya menjadi orang yang lebih baik, tenang dan ikhlas. Ah.. Andai saja blog ini punya telinga, mungkin ia sudah menutup telinganya karena saya terlalu banyak bicara.


Monday, November 11, 2013

Pembunuh Luka


Tentang pembunuh luka. Sejatinya ada dalam setiap hati kita. Kedamaian itu akan datang seketika saat kita menyebut Tuhan. Ya. Tuhan akan datang bahkan saat kamu baru saja berkata;
'Ya Tuhanku..'
Percayalah, seketika.


Tentang 10 Hal


10 hal yang pengen banget saya lakuin sama kamu


  • Piknik 
  • Makan gulali di pasar malem 
  • Main kembang api 
  • Ke Boscha 
  • Seharian cuma main tebak-tebakan/game random
  • Ke Seaworld 
  • Lari pagi 
  • Tiduran santai di pasir pantai 
  • Naik gondola 
  • Nyandarin kepala di bahu kamu tiap saya capek


Ah yang terakhir itu sih ga mungkin hahahaha yang sembilan di atasnya aja ngga mungkin apalagi yang ke sepuluh. Sudahlah..


Terima kasihku untuk semua yang tak terhingga


Terima kasih untuk 6tahun kebelakang yang penuh gelak tawa dan airmata
Terima kasih untuk tetap memanggilku dengan panggilan milik kita (meski kini aku tak pernah mendengarnya lagi)
Terima kasih untuk belaian kesal pada poniku yang jarang sekali rapih (dulu, aku diam2 suka hal ini)
Terima kasih untuk pelukan hangat yang selalu berhasil membuat luka menguap
Terima kasih untuk jemarimu yang pernah mengisi sisi kosong diantara jemariku
Terima kasih untuk membiarkan aku ikut kesana-kemari saat kamu bahkan ingin pergi sendiri
Terima kasih untuk segala rindu
Terima kasih untuk segala luka sekaligus penawarnya
Terima kasih untuk gelak tawa yang tak terhitung banyaknya
Terima kasih untuk bahu kokoh yang suka kusandari
Terima kasih untuk lengan besar yang boleh aku pegang erat
Terima kasih untuk wajahmu yang boleh kusentuh dengan telapak tanganku
Terima kasih untuk boleh menyentuh hidung mancungmu
Terima kasih untuk diam saat aku peluk dengan begitu dalam dan kencang
Terima kasih telah membuatku menyukai angka sial menurut kebanyakan orang
Terima kasih untuk kesediaanmu mencicip menu buatanku
Terima kasih pernah menerima aku apa adanya
Terima kasih untuk kepercayaanmu menitipkan Brown padaku
Terima kasih untuk semua hal indah yang begitu banyak
Terima kasih untuk setiap usahamu yang kamu sebut 'hanya ingin berusaha baik'
Terima kasih untuk kejujuranmu, dan maaf karna aku baru percaya ucapanmu bahwa kamu memang tidak cinta sedari awal
Terima kasih, Nta..

22 Oktober 2013