Wednesday, March 8, 2017

Kekuatan Cinta Sepasang Makhluk Tuhan dan Cinta Tuhan pada Makhluknya




Judul
Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis
Penulis
Paulo Coelho
Genre
Fiksi, Religi/Spiritual
Penerbit
Gramedia Pustaka Utama
Kota dan Tahun Terbit
Jakarta, 2005
Jumlah Halaman
224 hlm
ISBN
9789792292626
Rate
4/5


Berkisah tentang Pilar dan sahabat lamanya yang dulu tumbuh bersama. Masing-masing memiliki kenangan tentang satu sama lain. Bertahun-tahun lamanya mereka berpisah. Sesekali berkirim surat. Salah satu surat yang diterima Pilar adalah tentang sang pria yang akan mengisi seminari di Madrid, dan meminta Pilar untuk datang. Pilar menyanggupi, ia pun menempuh perjalanan dari Zaragoza menuju Madrid untuk bertemu sahabat lamanya itu. Lewat pertemuan itulah tumbuh cinta diantara mereka. Pilar yang dulu hanyalah seorang gadis kecil, telah menjelma menjadi perempuan dewasa yang mandiri. Sementara sang pria telah menjadi seorang pemimpin agama yang karismatik dan dipercaya mampu memberikan kesembuhan bagi banyak orang. Ia memilih religi sebagai pelarian dari konflik-konflik batin yang ia alami, termasuk perasaannya pada Pilar. Kepada Tuhan, ia memohon pertolongan agar cintanya pada Pilar diubah menjadi cinta pada sesama. Ia tak dapat menghilangkan cintanya pada Pilar meski ia telah yakin bahwa cinta itu telah menjadi doa, amal dan membantu sesama.

Di luar sana, ada milyaran novel tentang cinta. Tapi yang membuat karya Coelho ini berbeda adalah plotnya yang sangat sederhana. Tidak banyak karakter. Tidak ada penuturan yang kompleks dalam ceritanya. Dan kisah ini menjadi tidak biasa karena ada nuansa magis dari kedua tokoh utama, kekuatan cinta yang memberi pembacanya sebuah perenungan sekaligus pencerahan. Seperti buku Coelho lainnya, ia menuliskan dengan bahasa yang puitis. Ia amat jenius dalam memaknai peristiwa. Apalagi soal cinta dan spiritual; hal yang amat sangat rumit antara keduanya.

Kisah Pilar banyak memberikan filsafat kehidupan. Pilar amat sangat pandai menahan diri. Ia mengajarkan bahwa akan mudah menguasai situasi jika kita tidak terlalu emosional. Siapapun yang bisa menaklukan hatinya pasti dapat menaklukan dunia. Seperti manusia pada umumnya, Pilar juga kerap gundah akan masa depannya, kadang juga ia terguncang karena tak dapat memaknai tujuan yang jelas. Pilar yakin bahwa melayani Tuhan tidak harus menjadi pastor, pria itu tetap dapat melayani Tuhan dengan cara lain yaitu dengan bersama dirinya. Pilar menunggu. Menunggu pria itu memutuskan jalan hidupnya.

"Menunggu sangat menyakitkan. Melupakan amatlah menyakitkan. Namun tidak mengetahui apa yang harus dilakukan adalah penderitaan yang paling menyakitkan.” adalah penggalan doa yang dipanjatkan Pilar dalam perjalanan ziarah.

Beberapa pendapat mengatakan bahwa buku ini tidak seharusnya dibaca oleh seseorang yang sedang patah hati. Pendapat saya, justru orang yang sedang patah hati perlu membaca buku ini agar dapat mengambil nilai-nilai yang dapat menguatkan dalam menjalani masa-masa patah hati. Bukan cinta yang membuat kita menderita, melainkan karena kita merasa telah memberikan lebih daripada yang kita terima. Bukan cinta yang membuat kita menderita, melainkan kegagalan dari memaksakan kehendak. Tak ada alasan untuk menderita, sebab dalam setiap cinta ada benih pertumbuhan diri.

Hiduplah. Mengenang hanya untuk orang-orang tua.” begitu kutipan yang saya ambil dari bab pertama.

Buku ini menceritakan pentingnya penyerahan diri. Pilar dan temannya hanya tokoh rekaan, namun mereka menggambarkan konflik-konflik yang kita hadapi dalam perjalanan mencari cinta. Cepat atau lambat, kita harus mengatasi ketakutan kita, karena jalan spiritual hanya dapat ditempuh melalui pengalaman sehari-hari akan cinta. Begitulah yang ingin disampaikan Coelho lewat buku ini.

Agak disayangkan karena plot terasa sangat lambat sekali, padahal kalau disimak lebih teliti settingan ceritanya hanyalah beberapa hari. Hanya tentang peristiwa-peristiwa selama mereka bertemu.

Tapi ajaibnya, kita dapat ikut merasakan pengalaman-pengalaman spiritual yang mereka rasakan. Meski saya bukan penganut Katholik seperti mereka, tapi pengalaman spiritual itu tetap dapat saya rasakan sesuai dengan iman saya. Bahwa kekuatan cinta kita pada makhluk Tuhan hanya dapat benar-benar terasa luar biasa penuh rahmat apabila kita dapat memaknai bahwa cinta Tuhan begitu besar kepada kita. Dengan mendekatkan diri pada-Nya, lalu mendalami dan memaknai cinta Tuhan untuk kita, maka mukjizat itu akan mengalir dengan sendirinya melalui segala hal yang kita maknai baik. Dan kemagisan yang ikut saya rasakan pada saat membaca buku ini juga mungkin bagian dari mukjizat itu.

Buku ini tentu akan menjadi pengalaman baru bagi mereka yang gemar membaca romansa. Cocok untuk orang yang sedang jatuh cinta, untuk tahu bahwa setiap kisah memiliki akhir menyedihkan. Tapi akhir menyedihkan adalah salah satu dari ketakutan. Dan yang perlu kita lakukan adalah mengatasi ketakutan-ketakutan kita. Buku ini juga aman dibaca bagi orang yang tengah terluka. Bahwa menderita karena mencintai seseorang adalah penderitaan yang agung dan mulia. Karena misi Tuhan melalui penderitaan itu adalah memuliakan orang yang menderita.