Monday, December 1, 2014

Kopi Favoritmu Kini Menjadi Kebiasaanku

Dua puluh bulan sudah kita berpisah. Tidak, maksudku tak lagi bersama dalam sebuah hubungan berlandaskan cinta. Tak ada lagi pertemuan kala jam makan siang di kedai kopi favorit kita. Favoritmu sebenarnya, menjadi favoritku juga karena disana aku bisa melepas rindu dan penat akan pekerjaan. Aku selalu ingat, dulu kita sama-sama bersemangat datang ke tempat itu untuk saling bertemu. Bagaimana mungkin aku bisa lupa, kamu bahkan selalu memesan kopi yang sama; Espresso.

Aku juga masih ingat ceritamu tentang kopi favoritmu itu, saat kutanyakan apa tak bosan selalu pesan menu yang sama. Kau begitu bersemangat saat menceritakan hal yang kamu suka. Dan aku sangat bisa merasakan betapa bergairahnya kamu saat menceritakan tentang segelas kopi di hadapanmu kala itu. Aku masih mengingatnya dengan baik. Dengan kemeja yang kamu gulung sesiku, kacamatamu yang beruap ketika kamu mendekatkan wajahmu ke permukaan gelas kopimu. Stresmu hilang hanya dengan menghirup aromanya, begitu katamu.

Hari ini, aku duduk di sofa yang sama saat terakhir kita bertemu. Kali ini aku tidak memesan Latte yang biasa kupesan. Aku justru memesan kopi favoritmu. Entah untuk apa. Hanya berharap bahwa gelasnya pernah dipakai olehmu. Perlahan aku merasakan kehangatan dalam hatiku saat gelas itu kusentuh. Kemudian mendingin ketika kusadari bahwa dihadapanku kini tidak ada lagi kamu.

Kuperhatikan uap yang samar-samar mengudara dari gelas kopi favoritmu itu. Sebenarnya aku penasaran, seperti apa rasanya menyesap Espresso. Kuberanikan diri untuk menyesapnya. Slrrppp.. Ah! Pahit memang. Tapi aku merasakan rindu ini perlahan hilang saat kutelan sesapan pertama. Dan sejak saat itu, aku masih selalu datang ke tempat ini di waktu yang sama. Bedanya, aku selalu memesan minuman favoritmu tanpa kamu dihadapanku. 

Akun twitter: @fashihatulaziza
Akun facebook: Fashihatul Azizah

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi cerita pendek #DiBalikSecangkirKopi yang diselenggarakan oleh NESCAFE Indonesia.