Monday, December 1, 2014

Kopi Favoritmu Kini Menjadi Kebiasaanku

Dua puluh bulan sudah kita berpisah. Tidak, maksudku tak lagi bersama dalam sebuah hubungan berlandaskan cinta. Tak ada lagi pertemuan kala jam makan siang di kedai kopi favorit kita. Favoritmu sebenarnya, menjadi favoritku juga karena disana aku bisa melepas rindu dan penat akan pekerjaan. Aku selalu ingat, dulu kita sama-sama bersemangat datang ke tempat itu untuk saling bertemu. Bagaimana mungkin aku bisa lupa, kamu bahkan selalu memesan kopi yang sama; Espresso.

Aku juga masih ingat ceritamu tentang kopi favoritmu itu, saat kutanyakan apa tak bosan selalu pesan menu yang sama. Kau begitu bersemangat saat menceritakan hal yang kamu suka. Dan aku sangat bisa merasakan betapa bergairahnya kamu saat menceritakan tentang segelas kopi di hadapanmu kala itu. Aku masih mengingatnya dengan baik. Dengan kemeja yang kamu gulung sesiku, kacamatamu yang beruap ketika kamu mendekatkan wajahmu ke permukaan gelas kopimu. Stresmu hilang hanya dengan menghirup aromanya, begitu katamu.

Hari ini, aku duduk di sofa yang sama saat terakhir kita bertemu. Kali ini aku tidak memesan Latte yang biasa kupesan. Aku justru memesan kopi favoritmu. Entah untuk apa. Hanya berharap bahwa gelasnya pernah dipakai olehmu. Perlahan aku merasakan kehangatan dalam hatiku saat gelas itu kusentuh. Kemudian mendingin ketika kusadari bahwa dihadapanku kini tidak ada lagi kamu.

Kuperhatikan uap yang samar-samar mengudara dari gelas kopi favoritmu itu. Sebenarnya aku penasaran, seperti apa rasanya menyesap Espresso. Kuberanikan diri untuk menyesapnya. Slrrppp.. Ah! Pahit memang. Tapi aku merasakan rindu ini perlahan hilang saat kutelan sesapan pertama. Dan sejak saat itu, aku masih selalu datang ke tempat ini di waktu yang sama. Bedanya, aku selalu memesan minuman favoritmu tanpa kamu dihadapanku. 

Akun twitter: @fashihatulaziza
Akun facebook: Fashihatul Azizah

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi cerita pendek #DiBalikSecangkirKopi yang diselenggarakan oleh NESCAFE Indonesia.






Friday, November 28, 2014

Vertigo


Akhirnya saya mulai tidak nyaman dengan kondisi tubuh saya belakangan ini yang sering hilang keseimbangan. Saya memutuskan memeriksakan diri ke dokter. Saya ceritakan semua keluhan saya, singkat cerita dokter bilang saya menderita vertigo. Saya diresepkan tiga jenis obat. Yang ketiganya untuk menghilangkan rasa pusing berputar-putar. Itu sih hasil browsing saya hehe. Saya memang suka ragu untuk masalah obat. Sebenarnya saya berharap sekali saya dicek tekanan darah, tapi ternyata tidak. Mungkin dari keluhan saya semua sudah mengarah pada vertigo. Awalnya saya pikir saya menderita darah rendah karena ibu saya juga rendah.

Katanya vertigo adalah level lanjutan dari migrain. Iyasih, saya memang langganan migrain. Belakangan saya selalu merasa ada di detik-detik mau pingsan. Sering tidak merasakan adanya tubuh saya, rasanya ringan. Seperti melayang. Ah.. Saya takut ambruk di jalan.

Yang membuat saya merasa takut adalah, pakde teman saya meninggal karena menderita vertigo. Ah.. Tapi mungkin saja vertigonya beda jenis dengan saya bukan? Tapi saya tetap harus waspada, terutama saat-saat perubahan posisi badan. Waktu saya tanyakan tentang bahaya atau tidaknya vertigo pada teman saya yang lain jawabannya “Bahaya Fa”. Duh.. Bahayanya ya itu, kalo pas ngga kuat bisa tiba-tiba ambruk (pingsan).

Jadi sepanjang saya jalan menuju kantor atau dari kantor menuju arah pulang, saya betul-betul ingin merasakan bagaimana kaki saya menapaki jalan sambil terus mengingat Tuhan dengan dzikir. Saya takut.. Takut tiba-tiba hilang keseimbangan lalu jatuh di jalan. Iya kalau ada yang lihat dan nolong, kalau ga ada yang lihat? L


Thursday, November 27, 2014

Daddy's little girl


Belakangan ini saya merasa darah rendah saya sedang kambuh. Mungkin karena kelelahan mengurusi kegiatan di kantor yang acaranya tiga hari berturut-turut. Setiap kali bangun dari duduk, saya harus diam sejenak mengumpulkan keseimbangan karena pandangan yang kabur. Turun dari angkutan umum pun begitu, sempoyongan seperti mau tumbang tapi lalu tubuh saya kembali mendapati keseimbangannya. Sebelum saya menyebrang, saya sering terbayang bagaimana kalau saya tertabrak karena pandangan dan keseimbangan yang tidak sempurna. Bahkan saat berjalan rasanya sering sekali saya tidak menapak, seperti melayang. Saya tahu saya sedang berjalan, tapi rasanya seperti tidak merasakan kaki saya menapak satu persatu.

Berkali-kali saya ingin beli susu beruang kemasan, tapi selalu lupa. Kata seorang teman, susu beruang bagus untuk darah rendah. Saya terlalu banyak memetakan pekerjaan di kepala, sampai hal kecil yang saya niatkan sering terlupa. Saya sedang berhenti minum vitamin yang biasa saya konsumsi, karena jantung saya seringkali berdebar-debar. Saya pikir mungkin vitamin itu tidak cocok. Apa mungkin dropnya kondisi tubuh saya ini karena vitamin yang tidak lagi saya konsumsi ya, entahlah. Saya selalu yakin bahwa setiap organ-organ dalam tubuh manusia selalu dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Karena itu saya mulai tidak begitu tergantung pada obat.

Hampir setiap minggu saya menderita migrain. Biasanya, saya minum obat migrain tiapkali sakitnya begitu memukul sebelah kepala saya. Tapi karena keyakinan saya tentang organ tubuh tadi, saya belakangan mengurangi ketergantungan saya akan obat migrain. Dan sampailah pada kondisi dimana tekanan darah ini sepertinya turun drastis karena lelah. Tapi belum begitu mengganggu konsentrasi saya saat bekerja. Ah mungkin juga saya kurang piknik.

Lepas subuh ponsel saya berdering tanda pesan masuk. Ternyata dari Bapak;

"Bapak titip Buah Bit di Lik Sof, untuk penambah darah ya Ef"

Ah Bapak.. Kenapa tau sekali.. Saya bahkan sama sekali tidak bercerita kalau saya sedang mengeluhkan kondisi kesehatan saya belakangan ini. Tapi entah beliau selalu tau, mungkin naluri. Ya, meskipun kurang darah dan darah rendah adalah keadaan yang berbeda, tapi bagiku pesan Bapak yang tiba-tiba tetap hal yang istimewa. Mataku berkaca-kaca, tapi bibirku mengembangkan senyuman. Terima kasih Pak. Love you..


Friday, November 14, 2014

What He Doesn't Know


...
Rain, breakin’ on the road
Making everything go slow
As I Watch you walk away
I wish you wouldn’t go
Cause I’d like to find the way
To stop and just say ‘Hey!’
I wish that you would see

Ohh yeah you
You bring out the need in me
...

Saturday, July 12, 2014

Surat Cinta buat Mama


Mama,
Efa ngga perlu air ajaib dari gunung sana sini
Efa ngga perlu jimat sakti yang katanya bisa buat Efa lancar rizki
dan wajah berseri-seri
Cukup doa dari Mama
Buat Efa itu lebih tinggi dari segalanya yang katanya bisa bawa hoki
Cukup doakan Efa
Doa Mama udah pasti didengar Allah

Karena Mama wanita paling mulia bagi Efa
dan Allah sebaik-baik penolong bagi kita

Mama,
Efa ngga pernah benci Allah hanya karena kita ngga kaya
pasangan anak-ibu di luar sana
Yang hangat saat bercengkrama
Efa tau Allah buat kita seperti ini supaya kita diam-diam
saling mendoakan

Mama,
Semoga seiring bertambahnya usia kita,
Allah selalu menambah suhu kehangatan hati kita saat bersama


Thursday, July 10, 2014

Polo Shirt Merah


Hari itu kita bertemu. Dengan cerita berbeda bahwa kita bukan lagi yang dulu. Yang saling mencintai dan menertawai hal lucu. Pertemuan itu, hanya karena kamu penasaran seperti apa penampilan dan rupaku setelah berkerudung. Ya, pintamu bertemu bukan lagi karena rindu. Tapi aku mengiyakan pertemuan itu. Bukan saja karena hanya aku yang rindu, tapi karena aku masih senang melihat kamu.


Padaku kamu bercerita, bahwa kamu ingin sekali punya polo shirt warna lain selain yang kamu pakai saat itu. Maka setelah kita makan, aku menawarkan untuk melihat-lihat deretan baju di department store. Kamu banyak meminta masukanku akan warna apa yang bagus. Kamu bilang, kamu ingin sekali warna seperti salah satu kemeja yang kupunya. Dalam hati diam-diam aku merasa senang bukan main dan merasa kalau warna yang kamu mau itu karena ingin punya baju yang sewarna dengan milikku. Mungkin suatu hari bisa dipakai bersama seperti pasangan pada umumnya. Tapi aku lupa, kita bukan lagi pasangan. Mungkin kamu hanya suka warna itu. Bukan karena ingin samaan denganku. Senyum getir kutahan saat aku menyadari hal itu.


Warna yang kamu inginkan itu tidak ada. Lalu dari sekian warna yang aku pilihkan, kamu mengiyakan dua warna; merah dan coklat tua. Aku duduk di sofa, di sudut dekat deretan polo shirt yang tergantung sementara kamu mencobanya di kamar pas. Tidak sampai lima menit kamu keluar dengan polo shirt merah pilihanku. Pas sekali di badan kamu yang lebih ramping dari beberapa waktu silam. Ditambah senyum sumringahmu, polo shirt merah itu membuatmu lebih tampan. Ah.. Saat itu rasanya aku ingin lari ke pelukanmu dan memendamkan wajahku di dadamu. Pasti rasanya nyaman sekali. Kuat-kuat aku menahan keinginan itu.

"Bagus nggak sih?"
 Aku tersenyum dan mengangguk mantap.
"Beneran bagus?" tanyamu tidak yakin
"Bagus. Badan kamu sekarang bagus, jadi pake apa aja bagus."

Kamu kembali mengembangkan senyum mendengar jawabanku lalu kembali masuk ke kamar pas. Mungkin menggantinya dengan pilihan kedua, coklat tua. Sementara kamu di dalam, aku menahan genangan di mataku. Kelak, warna pilihanku itu akan kamu pakai bukan lagi untuk pergi bersamaku.

Kamu keluar dengan polo shirt yang kamu pakai dari rumah. Kupikir tidak jadi dengan pilihan coklat tua.

"Loh yang coklat tua ngga dicoba juga?"
"Ngga usah, kan ukurannya sama"
"Oh, iyasih.."
"Makasi ya kamu udah bantuin milih,,"

Aku hanya tersenyum saat kamu berterima kasih. Ya, aku hanya seorang yang membantumu memilih. Entah kelak pergi dengan siapa yang membuatmu semangat memakainya. Pasti bukan aku.


Tuesday, July 1, 2014

Betapa Tuhan Ingat Setiap Detail


Dulu saya pernah diminta seorang teman untuk pergi menemaninya berbelanja kebutuhan muslimah (jilbab, baju lengan panjang, ciput dll). Saya merasa tertampar sekali saat itu karena teman saya itu adalah orang yang kerap kali saya ceritakan bahwa saya ingin sekali berjilbab untuk menyelamatkan ayah saya kelak di akhirat. Tapi justru ia malah memakai jilbab lebih dulu dari saya.

Hari itu rasanya saya malu sekali dengan Allah, entah, seperti merasa telanjang di hadapannya. Kemudian dari toko ke toko saya banyak merenung. Kenapa saya lama sekali untuk berjilbab, kenapa banyak sekali alasan yang keluar dari otak saya manakala saya membayangkan ayah saya harus mendekati api neraka karena saya yang tidak menutup aurat.

Sepulang kami berbelanja, teman saya menghitung berapa potong pakaian dan jilbab yang ia dapatkan. Saat itu lebih dari 500ribu ia habiskan tapi tidak lebih dari 3 pakaian yang ia dapat, which is merubah penampilan butuh modal besar (bagi orang yang ingin berubah dengan baju baru ya).

Saat itu saya berucap dalam hati
"Ya Allah saya punya baju lengan panjang cuma bisa dihitung jari, gimana nanti saya mau berjilbab ya, temen saya aja 500 ribu lebih ngga keliatan apa-apa. Ya Allah hmmm mungkin saya nanti butuh sejuta kali ya buat belanja jilbab, tolong ingetin saya ya Allah kalo saya punya uang segitu, atau turunkan rizkiMu kalau Kau liat saya kesulitan mengumpulkan uang senilai itu"


Bahkan besok harinya saya lupa pernah merapal kalimat di atas. Tapi Allah tidak, bahkan sampai hampir setahun setelahnya. Saat itu saya sudah bekerja. Salary saya terima cash tiap bulan karena rekening yang saya punya bukan bank yang bekerja sama dengan kantor saya. Jadilah rekening saya hampir tidak ada lalulintas uang selain tarik tunai di atm sesekali.

Suatu hari saya dan teman-teman sekantor beli kaos online bersamaan. Mereka mengumpulkan uang di saya untuk saya transfer ke penjualnya. Sebelumnya uang itu saya setor ke rekening saya lalu saya transfer via atm. Anehnya, setelah saya transfer untuk pembayaran kaos, saldo saya tidak berkurang, justru bertambah beberapa ratus ribu. Saya pikir memang saya yang lupa berapa saldo terakhir saya.

Besoknya saya pergi ke bank untuk print buku tabungan. Memastikan ingatan saya. Terakhir, saya ingat betul saldo saya itu cuma 60ribu. Setelah print dan saya liat, saldo terakhir saya justru 980 ribu. Saya heran, oh lalu saya ingat tentang kasus saldo bertambah tapi beberapa hari kemudian kembali normal. Okelah saya diamkan uang itu selama seminggu. Mungkin cuma uang mampir. Saya pun tidak cerita dengan siapapun tentang hal ini.

Tapi kemudian saya lupa ada uang hampir sejuta di rekening saya. Saya dan teman-teman pergi naik gunung, keperluan naik gunung saya beli di swalayan dengan gesek kartu debet saya. Saya lupa kalo di dalamnya ada termasuk uang hampir sejuta itu. Sampai saya pulang dari gunung saldo hampir sejuta itu tidak hilang. Justru berkurang karena saya pakai. Pokonya yang pasti tidak untuk barang yang tidak perlu.

Sampai saya tiba-tiba teringat pada doa saya setahun lalu kalau saya ingin berjilbab. Belakangan saya memang kesulitan sekali mengumpulkan uang untuk nabung beli jilbab dan baju baru lalu mengeluh pd Allah;

'Ya Allah kapan saya pake jilbabnya ya kalo ada aja keperluan yg penting setiap bulan'

Lalu saya teringat uang yg masuk ke rekening saya, ah.. Apa jangan2 itu kiriman dari Allah.. Apa iyaya.. Saya menangis semalaman karna hal itu. Merasa salah sekali, merasa Allah baik sekali tapi saya justru tidak peka bahkan lupa akan pinta saya. Saya tetap menyimpan cerita ini sendirian sambil bertekad menabung untuk mengganti uang itu lalu bergegas pakai jilbab. Allah bahkan sudah memudahkan saya, saya ga boleh beralasan lagi menunda jilbab karena setiap hari saya tidak menutup aurat ayah saya tambah dekat dengan api neraka kelak.

Lalu dari hari ke hari perempuan2 berjilbab yang saya temui di jalan, di angkutan, di minimarket.. menjadi cantik sekali di mata saya.

Saya merasa bersalah sekali tiap mengingat uang ajaib itu yang tidak sengaja ikut terpakai, bahkan uang itu hampir habis. Lalu seminggu kemudian saya memantapkan hati saya untuk berjilbab. Meski harus menambah dengan pinjaman saat belanja kebutuhan jilbab dan baju baru karena saking tidak sabarnya ingin berjilbab. Tidak apalah pikir saya uang bisa dicari, bisa dibayar saat saya sudah berjilbab nanti.

Dan setelah saya berjilbab, rasa tidak tenang dan bersalah itu hilang. Ah.. MasyaAllah!

Saturday, June 14, 2014

Hello Again, Beach!


Kalau trip sebelumnya saya ke Pulau Perak, destinasi kali ini masih di kepulauan seribu juga, Pulau Semak Daun. Trip ini sebenernya trip teman saya sama teman kuliahnya hehe saya sama temen-temen saya ikut nimbrung, yaaa lumayan kan bisa ngurangin beban sewa kapal. Pulau Semak Daun ini hampir sama kaya Pulau Perak, ngga ada penghuninya. Iya, kita kemping lagi, bedanya kali ini dua malam di pulau yang sama.

Sabtu 29 Maret
Pelabuhan Muara Angke, Jam 07.00


Dari Cibubur saya berangkat habis subuh bareng tiga teman saya naik taksi. Kurang lebih argonya 200ribu, jadi kami seorang 50ribu. Ya gapapalah, hehe daripada naik Transjakarta kan. Repot. Terus.. Makin dekat pelabuhan jalannya semakin macet. Banyak backpacker yang turun dari kendaraannya dan memilih jalan kaki ke pelabuhan. Aduh.. Sebenernya sih memang lebih cepat begitu. Tapi kan ransel saya besar hahaha males jalan sih sebenernya. Ya biarpun saya merasa lebih tangguh setelah ikut naik gunung waktu itu, tetep aja males. Tapi karena ini taksi hampir parkir di jalan raya, yaudahlah cus jalan kaki. Lagipula takut leader tim kita (cie leader haha) udah nunggu di pelabuhan jadi akhirnya jalan kaki juga ujungnya. Karena ini kali kedua saya ke muara angke, jadi udah biasa aja liat banyaknya manusia yang kaya abis bedol desa. Udah biasa juga liat medan becek dan baunya yang…..huff. Udah biasa juga kesundul carrier atau ransel orang yang gedenya segede gaban pas jalan menuju kapal. Pokonya udah ngga kaget kaya pertama kali ke sini.

Sampai di kapal, penumpangnya ngga begitu banyak. Yah.. Alamat ngaret deh ini berangkatnya. Sudah duduk manis di kapal dan entah kapan berangkatnya. Lama-lama bete, dan saya buka bekal cemilan. Hahaha kapal belom jalan aja cemilan udah banyak kemakan, yaudahlahya. Tik..tok..tik..tok.. Ngga jalan-jalan kapalnya kapteen~ Makan cemilan aja sampe bosen. Akhirnya saya dan teman saya keluar kapal, ngobrol di luar. Dan tetep, sambil foto.


Sudah hampir setengah sembilan dan kapal belum juga berangkat -_- Aduh terserah deh! (ini kesel, kesel banget pokonya). Hampir jam sembilan akhirnya mesin kapal dinyalakan dan jalan. Hehehe bye muara angke! See on Monday :*
Karena udah kelamaan nunggu kapalnya jalan, udah jalan tetep aja betenya ngga ilang. Karena dua jam viewnya ya gitu-gitu aja. Air air air dan cuma air. Pengennya buru-buru sampe. Tapi masih dua jam lagi sampenya aaaa lama. Oh! Saya punya cara supaya cepat sampe, ti-dur. Hahaha. Mari memejam sampai dua jam kedepan. Cari posisi pewe, pelampung jadiin bantal sambil memeluk ransel. Saya pun tidur, teman saya di samping saya juga ngga jauh beda sama saya. Pilih tidur biar cepat sampe.

Trus kebangun, lumayanlah ya tidur bentar ngurangin rasa ‘kok ngga nyampe-nyampe sih?’.  Pas lihat jam ternyata 9.12 oh my god! Baru 12 menit???? Perasaan kayanya udah sejam lebih saya tidur, beneran deh udah berasa tidur lama gitu. Ternyata baru 12 menit yatuhaaan..

Balik lagi makan cemilan, pasang headset. Ah! Giliran pake headset temen saya ngajak ngobrol terus. Pokonya ada aja deh yang diomongin, giliran dilepas dia diem aja -_-

Pokonya 2 jam menuju transit di Pulau Pramuka sepanjang jalan kaya orang dongo. Diem. Viewnya itu-itu aja. Udah pewe nih mau tidur lagi, trus ada orang kerjaannya mondar-mandir. Aduh plis deh, ini kapal sempit dan atapnya rendah, trus dia merangkak bolak-balik entah darimana mau kemana yang jelas ganggu. Ganggu. Ish. Ini bete dan emosi karena lapar kayanya. Selain ngga nyampe-nyampe, karena lapar jadi saya bolak-balik bukain tas makanan, tapi adanya cuma biscuit atau chiki. Nasi uduk gitu ngga ada apa?? Laper…..


Sabtu 29 Maret 2014
Pulau Pramuka, Jam 12.00 (sekitar segitu, saya lupa)

Hosshhh. It’s extremely hot! Selain lapar berat, gerah to the max pokonya. Sepanjang jalan saya dan teman saya ngga berhenti ngeluh lapar, karena kami emang ngga sarapan pagi tadi. Berharap di Pulau Pramuka ada tukang nasi uduk siang-siang, atau lontong sayur, atau nasi padang.  Maklum, namanya juga lapar ya banyak maunya.

Kami istirahat di masjid, siap-siap shalat dzuhur jamaah. Ransel dan carrier di pelataran masjid, entah siapa yang jaga saya ngga peduli. Kebelet pipis soalnya. Shalat udah, pipis udah, tinggal makan ini yang belooommm. Terus saya ngeluh-ngeluh lapar gitu deh hehehe eh ditawarin nasi bungkus dari temennya temen saya hehehe ini serius bukan kode, sebenernya kode buat temen saya biar mau jalan bareng cari makan tapi kita terlalu mager. Beruntunglah dibawain nasi bungkus, lauknya ayam tepung dan sate haha istimewa. Yaudahlah ya laper mah apa aja, nasi padangnya ngga ada juga. Habis makan harusnya ke kapal buat nyebrang ke Semak Daun, karena kapalnya masih dihubungin, bisalahya boboan bentar ngelurusin punggung. Baju dan jilbab saya bawa lebih jadi ransel saya empuk meskipun besar, enak bisa buat bantal.


Masih di Pulau Pramuka, setengah duaan kami naik kapal menuju Pulau Semak Daun. Yeaay! Semak Daun here I come~~~ Foto dulu ya sebelum naik kapal hehehe


Kapalnya lebih kecil ya, ini namanya ojek laut. Kalo yang dari Muara Angke – P.Pramuka tadi semacam bis laut karena muatan penumpangnya lebih banyak. Ojek laut ini eksklusif. Cuma satu grup aja. Grup saya. Setengah jam perjalanan, Pulau Semak Daun mulai terlihat heuheu ngga sabar.

29 Maret 2014
Pulau Semak Daun, Jam 14.00

Pulau Semak Daun dari kejauhan.. 


Makin dekat...


Makin dekat...


Makin dekat..


Dan ini dermaganya..


Yak sampai, yeaay!


Kami langsung pilih spot buat kemping. Alhamdulillah dapet yang pinggir pantai. Yang kemping rame banget, pantainya juga rame. Padahal ekspektasi saya pulaunya sepi atau cuma beberapa grup. Inisih buanyak. Huff yaudahlah. Lalu kami sibuk diriin tenda. Hahaha tenda tim saya cewe semua, cowonya cuma satu dan ngga gitu mahir diriin tenda. Jadilah kami paling berisik dan rempong. Selesai bangun tenda, kami ganti baju buat nyebuuurrrr. Bagus sih pantai Pulau Semak Daun ini, tapi masih bagusan Pulau Perak. Soalnya foto di sini ngga kaya di pantai bagus, malah kaya di kubangan banjir gitu zzz..


Menjelang malam kami siap-siap masak buat makan malam. Nasi bungkus sisa tadi dimanfaatkan buat jadi nasi goreng. Kurang menarik sih hasil masakan nasi goreng saya dan Menur. Yaudahlah ya dimakan enak kok, yakaaan buktinya habis. Untung ada yang bawa telor, teri balado dan sosis jadi bikin nasi goreng polosnya istimewa. Tapi saya lupa foto penampakannya, kalo laper ga kepikiran apa-apa jadinya.

Malam di pulau setiap menitnya kayanya lebih dari 60detik, lamaa. Yaudah selfie rame-rame ajalah. Ini selfie usaha banget pokonya. Di pulau kan gelap, jadi ini satu orang pegang handphone dan tiga orang termasuk saya pegang senter hahaha rempong.




30 Maret 2014
Pulau Semak Daun, 06.57



Ini judulnya sunrise kesiangan.. Duduk-duduk sambil nikmatin angin laut pagi. Foto sana-sini. Ketawa ketiwi.. Sampe akhirnya alarm perut ngajak sarapan. Dari dermaga kami balik ke tenda. Saya masak mie goreng, Adit temen saya masak macaroni. Temen-temen kuliah si leader (Botak/Heri) udah pada makan popmi, yasudah.. Saya makan sambil masak mie goreng buat dua teman saya yang lain. Buat Botak dan Kiting yang lagi berenang di laut. Mungkin saya bagi mienya ngga adil soalnya punya saya asin gitu. Harusnya porsi mie lain jadi kurang asin dong ya, tapi kok si Menur mienya asin juga sih?

Gilang dateng habis berenang. Haus katanya, dia minum air di botol yang tadi saya pake buat rebus mie. Katanya air botolnya asin. Ternyata itu air laut. Jadi tadi saya masak mie pake air laut pantesan asin banget hahaha. Nah terus gimana nih mie buat Botak & Kiting?? Udah mateng pula -__-

Saya wanti-wanti Botak sama Kiting buat tetep diabisin, sayang kan udah dimasak. Akhirnya mereka susah payah ngabisin mie goreng asin itu. Maaf ya, kesalahan kan bukan di saya. Tapi di orang yang ngisi botol pake air laut tapi labelnya ngga dilepas. Kan saya pikir air mateng jadinya. Dan ternyata yang ngisi botol itu ya si Botak yahaha.

Siang ini jadwalnya snorkeling. Yeay! Mari ganti baju sambil nunggu kapal kami datang. Sudah rapih sema, sudah siap semua, kami berangkat menuju spot snorkling. Mesin kapal dinyalakan dan jalan. Di kapal semua silent mode on duduk nikmatin angin laut. Yang kedengeran cuma edek-edek suara mesin kapal.



Spot pertama snorkeling. Byur!


Spot snorkeling kedua..


Ikannya ngga begitu banyak kaya snorkeling di Pulau Perak (tetep banding-bandingin). Tapi karang lautnya bagus-bagus kok. Setelah snorkeling kami beli ikan. Tapi bukan ke pasar ikan, kami belinya langsung dari tambak laut punya si pemilik kapal dan milih sendiri ikannya. Fresh from the sea! Ini ikannya nanti buat dinner kami. Kami pilih kerapu macan. Satu kilonya 120ribu trus isinya cuma tiga ekor. Jadi satu ekornya 40ribu. Mahal ya. Kaya apa kerapu macan? Nih.. 


Habis itu balik lagi ke pulau, bilas dan ganti baju. Kamar mandinya antri dan airnya nimba. Duh. Teman saya yang lain bisa bilas sambil keramas dan sabunan di sumur luar rame-rame sama orang lain, kalo saya ngga bisa soalnya pake jilbab jadi harus ke kamar mandi sendirian huhu geret-geret ember isi airpun sendirian. Kemaren sore saya ngga keramas karena yang antri banyak, malemnya rambut saya lengket gimbal karena air laut. Ya untung ketutup. Nah sore ini saya bertekad harus keramas. Bodo amatdeh ditungguin orang di luar yang penting bilasnya puas.

Malam ini malam terakhir kami di pulau ini. Iya, besok harus pulaaangggg.. Paginya kami berkemas lalu menuju Pulau Pramuka untuk naik kapal yang ke Muara Angke. Aaaaaaa bye Semak Daun, next time we'll see you again!

Bye...



Dan mari menuju Pulau Pramuka..



Ngga sampe sejam deh kayanya, sampailah kami di dermaga Pulau Pramuka..


Karena kapal menuju Muara Angkenya belum datang, jadi kami (saya lebih tepatnya) mencoba jajanan di Pulau Pramuka ini, sementara yang lain istirahat di Masjid. Agak heran sih saya, di pulau yang distribusi segalanya lewat lautan bisa ada orang jualan ginian hehe


Ini efek matahari lagi di atas kepala persis kali ya, baru berapa menit udah begini bentuknya..


Yah pokonnya selama menunggu kapal datang, kita jajan-jajan lucu. Lihat sendiri aja penampakannya yah..


 

Ini orange float ala Pulau Pramuka hahaha nutrisari plus vanila ice cream..



Karena di Semak Daun mandinya ngga puas dan leluasa jadi di Masjid Pulau Pramuka ini kami meluapkan keinginan mandi dan keramas. Selesai solat dzuhur, kami menuju kapal yang sudah menunggu di dermaga untuk menuju Muara Angke.

Hmmmmm, jadi udahan yah liburannya? Huhuhu.. Bye, nice trip with you all. See you again in another hidden paradise!



Monday, April 21, 2014

Dekati Allah dulu


Saya dan teman-teman berkunjung ke Hutan Mangrove di Pantai Indah Kapuk. Di sela makan siang, saya nyeletuk ke salah satu teman laki-laki saya untuk menanyakan teman yang ia ajak trip bareng ke Pulau Seribu, sebut saja Hasan.

Saya: "Eh temen lo si Hasan yang lo ajak trip bareng kita udah punya pacar belom sih?"

Teman-teman saya kompak kaget dengan pertanyaan saya. Katanya pertanyaan saya frontal banget. Padahal niat dalem hati saya kalo emang belum punya pacar ya maksudnya mau saya bawa dalam doa gitu, soalnya saya suka. Malah dikira cewe agresif lalalala panjang lebar. Kan bukan itu maksud saya.

Teman saya: "Belom, kenapa lo mau sama dia?"
Saya: "Hah? Ngga nanya doang ih.."
Teman saya: "Ya gapapa kalo lo mau Fa, ntar gue kasih kontaknya. Tapi usaha sendiri ya soalnya gue ga jago nyomblangin orang.."

Sukseslah saya jadi pusat perhatian yang lain. Duh gusti.. Bukan ini maksudnya padahal.

Teman saya yang lain: "Fa kok lo agresif banget sih.."
Saya: "Ih bukan itu maksud gue, gue ga mau ngontak dia trus ngedeketin duluan.. Bukan gitu."
Teman saya yang lain: "Ya trus apa, lo nanya dia udah punya pacar karna apa, karna suka kan?"

Skakmat! Ya iyasih karna suka, tapi kan bukan berarti akan agresif deketin ybs duluan. Bukan gaya saya banget.

Saya: "Bukan gitu tau maksud gue.. Gue cuma nanya doang, bukan minta dicomblangin atau minta kontaknya. Gue percaya kalo jodoh ga kemana, ga usah gue kontak kalo jodoh ya ketemu aja entah gimana caranya. Mau gue kontak dan gue pepet gimanapun, kalo ga jodoh ya ga akan jadi.."

Kemudian suasana jadi hening karena penjelasan saya. Entah karena aneh dengan penjelasan saya atau karena mereka paham. Tapi saya merasa ngga perlu memastikan yang manakah alasan keheningan ini.

Malemnya temen saya kirim kontak Hasan. Duh ilah ngapain sih. Akhirnya saya kembali mengulang penjelasan tadi siang.

"Tapi jodoh kalo ga diusahain ya ga bakal jadi juga Fa"
"Emang yg lo maksud usaha yg gimana?"
"Ya deketin, usahain.."
"Ga gitu cara gue. Gue usahanya ke Allah aja. Dia yang maha bolak-balikin hati.."

Begitu kurang lebih percakapan kami. Gimana ya jelasin kalo memperjuangkan jodoh bagi saya bukan yang deketin ybs langsung. Saya merasa yang perlu didekati lebih dulu adalah Allah, yang memiliki setiap hati, termasuk hati Hasan. Tapi yaudahlah percuma dijelasin panjang lebar kalo dia memang ga paham dasarnya.


Monday, March 10, 2014

Jodoh: Dipilih atau Memilih?



Sebuah ringkasan menurut Salim A. Fillah;


Pertama
Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya. Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran, Maryam dan Asiyah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami, dan Asiyah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? No!
Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.


Kedua
Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.


Ketiga
Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.


Keempat
Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.


Kelima
Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.


Keenam
Dalam urusan jodoh, ta’aruf adalah proses seumur hidup. Rumus terpenting: jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.


Ketujuh
Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.

Kedelapan
Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
  1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.
  2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dll. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif.
  3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat. Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensi satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung.

Kesembilan
Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu? Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar. Silakan pilih. Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya. Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup. Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.


Kesepuluh
Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak? Tanyakan pada hatimu: Mana diantara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga?

Not just a year older, but a year better




Hay dua puluh tiga!

Alhamdulillah masih diberi kesempatan nabung amal ibadah buat di akhirat. Alhamdulillah masih diberi kesempatan buat nebus dosa. Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri. Alhamdulillah banyak yang menguntai doa di hari bertambahnya umur saya ini.

Terima kasih Tuhan untuk anugerah dalam bentuk orang-orang tersayang di sekitar saya. Orang-orang yang membuat saya merasa dihargai. Orang-orang yang menunjukkan cintanya pada saya. Anugerah yang lebih dari luar biasa.

Umur saya bertambah, tapi sisa waktu saya di dunia berkurang. Mungkin akan semakin dekat dengan absensi panggilan Tuhan. Bukan umur saya yang bertambah tua yang membuat saya khawatir, tapi juga kenyataan bahwa orangtua saya ikut bertambah tua. Ah.. Semoga Tuhan memberikan saya kesempatan untuk menemani mereka menghabisi masa tuanya dengan bahagia.

Bukan lagi remaja, harusnya saya bisa lebih tenang dan dewasa. Bapak saya selalu ingin saya menjadi perempuan dewasa yang tenang dan tidak mudah mengeluh. Semoga itu bisa terlaksana.

Di umur saya yang baru ini, saya harus masuk ke tahap yang baru. Menutup lembaran umur dua puluh dua dengan kebahagiaan baru. Memulai fokus hidup dengan hal baru. Tentunya baru yang lebih baik dari hari lalu. Semoga Tuhan selalu menggenggam tangan saya saat saya berjalan menjalani sisa kehidupan. 
Fokus sama orang-orang yang sayang sama lo aja Fa. Gausah mikirin yang ngga sayang, apalagi mikirin yang pernah sayang dan udah ngga sayang. Ngga perlulah. -Sahabat saya
Benar. Harusnya fokuskan hidup ya buat orang yang sayang sama kita biar ngejalaninnya juga ringan. Not just a year older, but a year better. Insha Allah.

Terima kasih Mama dan Adikku untuk Sunday morning kissnya. Terima kasih untuk doa indah dari Ayah. Terima kasih Menur dan Gilang untuk cokelat putih specialnya. Terima kasih SodaraSodari untuk menjabat tangan saya secara langsung dan memberi selamat dan doa. Terima kasih kalian semua atas doa dan harapannya. Semoga kebaikan untuk kalian juga.

 

Wednesday, February 26, 2014

Everlasting


Saat kita sedang sendiri, kesepian, dalam masalah, membutuhkan teman, lantas teringat dengan seseorang, berharap banyak dia akan membantu, atau setidaknya mengusir sedikit gundah-gulana. Apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tetapi kalau demikian, bukankah cinta jadi tidak lebih dari seperangkat obat? Alat medis penyembuh? Selesai malasahnya, saat kita kembali semangat, sembuh, maka persis seperti botol-botol obat, seseorang itu bisa segera disingkirkan. Sementara, dong? Temporer? Juga tentu saja, kecuali kita selalu sakit berkepanjangan, dan mulai mengalami ketergantungan dengan seseorang tersebut. Jika demikian maka cinta jadi mirip nikotin, candu.

Saat kita ingin selalu bersamanya, selalu ingin didekatnya, selalu ingin melihat wajahnya, senyumnya, nyengirnya, bahkan gerakan tangan, gesture, bla-bl-bla. Ingin mendengar suaranya (meski suaranya fals), tawanya (walau tawanya cempreng); apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Bagaimana mungkin bukan cinta? Tetapi kalau hanya demikian, maka bawakan saja imitasi seseorang itu ke rumah, taruh seperti koleksi patung, jika ingin mendengar tawanya, stel sedemikian rupa biar dia tertawa, ingin melihat dia bicara, stel agar dia bicara. Bukankah hari ini sudah banyak teknologi imitasi seperti ini? Apakah itu akan berlangsung sementara? Boleh jadi, karena persis seperti kolektor yang memiliki koleksi benda antik, seberapapun berharganya, cepat atau lambat rasa bosan akan tiba. Bisa sih disiasati dengan jarang-jarang melihat koleksi tersebut, jarang-jarang bertemu biar terus kangen dan rindu, aduh, kalau demikian, maka cinta jadi sesuatu yang kontradiktif, bukankah tadi dibilang ingin selalu bersamanya.

Saat kita terpesona melihatnya, kagum menatapnya, begitu hebat, keren, terlihat berbeda, cantik, gagah, dan bla-bla-bla. Apakah itu disebut cinta? Bisa jadi. Tapi jika demikian cinta tak lebih seperti pengidolaan, keterpesonaan. Jika demikian, solusinya mudah, pasang saja posternya besar-besar di kamar. Jika kangen, tatap sambil tersenyum. Taruh foto-fotonya di mana-mana. Selesai urusannya. Apakah ini sementara? Temporer? Tentu saja. Saat idola baru yang lebih keren tiba, saat sosok baru yang lebih hebat datang, maka idola lama akan tersingkirkan. Jika demikian, maka cinta tak ubahnya seperti lagu pop, cepat datang cepat pergi. Persis seperti anggota boyband di tahun 80-an, basi di tahun 90-an, dan anggota boyband di tahun 2012, dijamin basi banget di tahun 2030.

Saat kita tergila-gila, selalu ingat dengannya, tidak bisa tidur, tidak bisa makan, berpikir jangan-jangan kita kehilangan akal sehat, apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tapi jika demikian cinta, maka ia tak lebih dari simptom penyakit psikis? Sama persis seperti penjahat yang jadi buronan, juga tidak bisa tidur, susah makan, dan terkadang berpikir kenapa ia bisa kehilangan akal sehat menjadi penjahat. Sementara? Temporer? Tentu saja. Waktu selalu bisa mengubur seluruh kesedihan.

Hampir kebanyakan orang akan bilang: "Saya tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang. Tiba-tiba sudah hadirlah ia di hati." Ada sih yg jelas-jelas mengaku kalau dia cinta pada pandangan pertama; sekali lihat, langsung berdentum hatinya. Tapi di luar itu, meskipun benar-benar pada pandangan pertama, kita kebanyakan tidak tahu kapan detik, menit, jam, atau harinya kapan semua mulai bersemi. Semua tiba-tiba sudah terasa something happen in my heart.

Terlepas dari tidak tahunya kita kapan perasaan itu muncul, kabar baiknya kita semua hampir bisa menjelaskan muasal kenapanya. Ada yg jatuh cinta karena seseorang itu perhatian, seseorang itu cantik, seseorang itu dewasa, rasa kagum, membutuhkan, senang bersamanya, nyambung, senasib, dan seterusnya, dan seterusnya. Dan di antara definisi kenapa tersebut, ada yang segera tahu persis kalau itu sungguh cinta, ada juga yang berkutat begitu lama memilah-milah, mencoba mencari penjelasan yg akan membuatnya nyaman dan yakin, ada juga yang dalam situasi terus-menerus justeru tdk tahu atau tidak menyadarinya kalau semua itu cinta.

Cinta sungguh memiliki begitu banyak pintu untuk datang. Kebanyakan dari "mata", mungkin 90%. Sisanya dari "telinga". Dari bacaan (membaca sesuatu darinya), dari kebersamaan, dari cerita orang lain. Dari mana saja. Lantas otak akan mengolahnya, mendefinisikannya menjadi: sayang, kagum, terpesona, dekat, cantik, ganteng, cerdas, baik, lucu, dan seterusnya. Kemudian hati akan menjadi pabrik terakhir yang menentukan: "ya" atau "tidak". Selesai? Tidak juga, masih ada ruang buat prinsip-prinsip, pemahaman hidup, pengalaman (diri sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain) untuk menilai apakah akan menerima kesimpulan hati atau tidak.

Ini proses cinta kebanyakan. Tetapi orang-orang yang paham, maka pintu datangnya cinta bukan sekadar dari mata atau tampilan fisik saja. Proses mereka terbalik, mulai dari memiliki prinsip-prinsip, pemahaman-pemahaman yang baik, lantas hati dan otak akan mengolahnya, baru terakhir mata, telinga dan panca indera menjadi simbolisasi cinta tersebut.

Tetapi apapun pintu dan prosesnya, jika akhirnya semua fase itu terlewati masih ada satu hal penting lainnya yg menghadang. Yaitu kesementaraan. Temporer. Apakah cinta itu perasaan yang bersifat temporer? Kabar buruknya ya. Jangan berdebat soal ini. Sehebat apapun cinta kita, pasti takluk oleh waktu. Tapi kabar baiknya, meski ia bersifat sementara, kita selalu memiliki kesempatan untuk membuatnya ‘abadi’, everlasting. Bagaimana caranya? Dengan pemahaman-pemahaman yang baik. Ada rambu-rambu yang harus dipatuhi, ada nilai-nilai yang harus dihormati. Pasangan yang memiliki hal tersebut, mereka bisa menjadikan perasaan cinta utuh semuanya. Maka abadilah perasaan itu.

Terakhir, saat kita selalu termotivasi untuk terus berbuat baik hari demi hari, memberikan semangat positif, terus memperbaiki diri setiap kali mengingatnya, apakah itu juga disebut cinta? Yaps, inilah hakikat cinta. Saat perasaan itu menjadi energi kebaikan. Dan itu tidak berarti kita harus selalu menyampaikan kalimat itu. Orang-orang yang menyimpan perasaannya, menjaga kehormatan hatinya, dan menjadikan perasaan tersebut sebagai energi memperbaiki diri, maka cinta menjelma menjadi banyak kebaikan.

Apakah itu sementara? Memang sementara, nah, semangat untuk terus memperbaiki diri karena cinta tersebut akan menjadi jaminan keabadiannya. Percayalah, bagi orang-orang yang memiliki pemahaman yang baik, cinta selalu datang di saat yang tepat, momen yang tepat, dan orang yang tepat, semoga semua orang memiliki kesempatan merasakannya.

Poin catatan ini akan kacau balau jika kalian hanya mengambil yg kalian sukai, lantas jadi pembenaran apa yg sedang kalian lakukan. orang-orang yang pacaran jelas sekali tidak akan memahami konteks tulisan ini dengan baik.


Tulisan ini saya copy-paste dari fanpage Tere Liye;