Dulu
saya pernah diminta seorang teman untuk pergi menemaninya berbelanja kebutuhan
muslimah (jilbab, baju lengan panjang, ciput dll). Saya merasa tertampar sekali
saat itu karena teman saya itu adalah orang yang kerap kali saya ceritakan
bahwa saya ingin sekali berjilbab untuk menyelamatkan ayah saya kelak di
akhirat. Tapi justru ia malah memakai jilbab lebih dulu dari saya.
Hari itu rasanya saya malu sekali dengan Allah, entah, seperti
merasa telanjang di hadapannya. Kemudian dari toko ke toko saya banyak merenung. Kenapa saya lama
sekali untuk berjilbab, kenapa banyak sekali alasan yang keluar dari otak saya
manakala saya membayangkan ayah saya harus mendekati api neraka karena saya
yang tidak menutup aurat.
Sepulang kami berbelanja, teman saya menghitung berapa potong
pakaian dan jilbab yang ia dapatkan. Saat itu lebih dari 500ribu ia habiskan
tapi tidak lebih dari 3 pakaian yang ia dapat, which is merubah penampilan
butuh modal besar (bagi orang yang ingin berubah dengan baju baru ya).
Saat itu saya berucap dalam hati
"Ya Allah saya punya baju lengan panjang cuma bisa dihitung jari, gimana nanti
saya mau berjilbab ya, temen saya aja 500 ribu lebih ngga keliatan apa-apa. Ya Allah
hmmm mungkin saya nanti butuh sejuta kali ya buat belanja jilbab, tolong
ingetin saya ya Allah kalo saya punya uang segitu, atau turunkan rizkiMu kalau
Kau liat saya kesulitan mengumpulkan uang senilai itu"
Bahkan besok harinya saya lupa pernah merapal kalimat di atas.
Tapi Allah tidak, bahkan sampai hampir setahun setelahnya. Saat itu saya sudah bekerja. Salary saya terima cash tiap bulan
karena rekening yang saya punya bukan bank yang bekerja sama dengan kantor
saya. Jadilah rekening saya hampir tidak ada lalulintas uang selain tarik tunai
di atm sesekali.
Suatu hari saya dan teman-teman sekantor beli kaos online bersamaan.
Mereka mengumpulkan uang di saya untuk saya transfer ke penjualnya. Sebelumnya
uang itu saya setor ke rekening saya lalu saya transfer via atm. Anehnya,
setelah saya transfer untuk pembayaran kaos, saldo saya tidak berkurang, justru
bertambah beberapa ratus ribu. Saya pikir memang saya yang lupa berapa saldo
terakhir saya.
Besoknya saya pergi ke bank untuk print buku tabungan. Memastikan
ingatan saya. Terakhir, saya ingat betul saldo saya itu cuma 60ribu. Setelah
print dan saya liat, saldo terakhir saya justru 980 ribu. Saya heran, oh lalu
saya ingat tentang kasus saldo bertambah tapi beberapa hari kemudian kembali
normal. Okelah saya diamkan uang itu selama seminggu. Mungkin cuma uang mampir.
Saya pun tidak cerita dengan siapapun tentang hal ini.
Tapi kemudian saya lupa ada uang hampir sejuta di rekening saya.
Saya dan teman-teman pergi naik gunung, keperluan naik gunung saya beli di swalayan
dengan gesek kartu debet saya. Saya lupa kalo di dalamnya ada termasuk uang
hampir sejuta itu. Sampai saya pulang dari gunung saldo hampir sejuta itu tidak
hilang. Justru berkurang karena saya pakai. Pokonya yang pasti tidak untuk
barang yang tidak perlu.
Sampai saya tiba-tiba teringat pada doa saya setahun lalu kalau saya
ingin berjilbab. Belakangan saya memang kesulitan sekali mengumpulkan uang
untuk nabung beli jilbab dan baju baru lalu mengeluh pd Allah;
'Ya Allah kapan saya pake jilbabnya ya kalo ada aja keperluan yg penting setiap
bulan'
Lalu saya teringat uang yg masuk ke rekening saya, ah.. Apa
jangan2 itu kiriman dari Allah.. Apa iyaya.. Saya menangis semalaman karna hal
itu. Merasa salah sekali, merasa Allah baik sekali tapi saya justru tidak peka
bahkan lupa akan pinta saya. Saya tetap menyimpan cerita ini sendirian sambil
bertekad menabung untuk mengganti uang itu lalu bergegas pakai jilbab. Allah
bahkan sudah memudahkan saya, saya ga boleh beralasan lagi menunda jilbab
karena setiap hari saya tidak menutup aurat ayah saya tambah dekat dengan api
neraka kelak.
Lalu dari hari ke hari perempuan2 berjilbab yang saya temui di
jalan, di angkutan, di minimarket.. menjadi cantik sekali di mata saya.
Saya merasa bersalah sekali tiap mengingat uang ajaib itu yang
tidak sengaja ikut terpakai, bahkan uang itu hampir habis. Lalu seminggu
kemudian saya memantapkan hati saya untuk berjilbab. Meski harus menambah
dengan pinjaman saat belanja kebutuhan jilbab dan baju baru karena saking tidak
sabarnya ingin berjilbab. Tidak apalah pikir saya uang bisa dicari, bisa dibayar
saat saya sudah berjilbab nanti.
Dan setelah saya berjilbab, rasa tidak tenang dan bersalah itu
hilang. Ah.. MasyaAllah!