Friday, August 3, 2018

Degupan itu

Suatu malam sebelum tidur
aku pernah bertanya
pada dinding kamar
pada bantal tidur yang tak lagi membal
pada selimut yang warnanya tak lagi segar

Tentang bagaimana
rasanya berdekatan denganmu
hingga jantungmu debarannya dapat kudengar

Pertanyaan yang pernah kutanya
pada suatu malam
kemudian dijawab oleh dinding kamar
tapi bukan kamarku
bukan jua kamarmu
tapi ada kita di dalam situ

Telingaku yang rekat dengan bahumu
dapat mendengar degupan jantungmu yang berderu

Kutanya padamu
gugupkah kamu di dekatku?
kau tersenyum dan mengangguk
sambil menghindari mataku




Hatimu yang terdalam

Suatu sore
sebelum matahari ditelan
oleh langit malam

Aku pernah bergumam
tentang apa yang ada
di dalam hatimu
yang paling dalam

Apakah ada aku kau genggam?

Karna tatapanmu bukan tatapan seorang teman
Karna tatapanmu begitu dalam dan meneduhkan
Karna tatapanmu menawarkan dipan untukku bermalam
Karna tatapanmu menahan rasa tak tersampaikan

Tapi barangkali
itu hanya hatiku yang mengada-ada

Karna setelah kau bawa aku
masuk ke dalam hatimu
ada perempuan lain di sana
bersemayam
duduk diam
tenang
seperti yakin bahwa itu adalah ruang yang kau janjikan
untuk dia seorang

Lalu untuk apa kau panggil aku ke dalam?
Mau dimana aku kau letakkan?

Serakah

Aku pernah belajar
bahwa ada seseorang
yang hatinya serakah

tak ingin melepas
orang yang mencintainya
tak ingin juga merelakan
orang yang dicintainya

Ia ingin mendekap
dan didekap oleh keduanya
tanpa peduli
akan menyakiti kedua wanita
bahkan hatinya sendiri
bisa kesakitan
karna terluka

-------------------------------------
Dalam peralihan tanggal dua ke tanggal tiga