Friday, December 22, 2017

Belum tentu kamu


Duhai kamu yang namanya selalu kusebut dalam doa
Duhai kamu yang dikenal oleh penduduk langit karena selalu kumintakan ampunan dan keselamatan dalam doa
Duhai kamu yang entah bagaimana bisa menyentuh hatiku padahal tak pernah kamu lakukan dengan sengaja
Duhai kamu yang tak pernah rela kubayangkan akan dimenangkan maksiat, maka selalu kudoakan agar selalu teguh di atas agama

Duhai kamu..
Perihal itu kupikir akan selalu terjaga
Perihal itu kupikir hatiku akan selalu rela
Perihal itu kupikir rasa itu akan selalu hadir tanpa jeda

Ternyata Tuhan menawarkan sebuah hal
Bahwa mungkin aku hanya fokus pada sosokmu saja
Bahwa mungkin belum tentu kamulah akhir dari cerita

Bab tentangmu kini menjadi abu-abu
Tidak lagi kusebut namamu dalam doa untuk bersatu pada titik temu
Tidak lagi aku terang-terangan meminta dan memaksa meski hanya lewat kalbu
Karena jadi membuatku lupa bahwa Tuhan mungkin telah menyiapkan seseorang yang lebih baik dari kamu
Aku sadar sepertinya aku semakin egois dalam merayu

Apakah ini pertanda lelahnya hati
Atau justru nikmat ikhlas yang sedang Allah beri

Namamu, kini terganti
Dengan istilah seseorang yang namanya Engkau sandingkan dengan namaku di Lauhul Mahfudz
Siapapun itu, harusnya sedari awal kugunakan istilah itu
Karena dialah yang akan kutemui
Karena dialah yang akan Allah beri
Belum tentu kamu

Tuesday, December 12, 2017

Banyak


Banyak rindu yang ingin aku ungkapkan
Banyak tanya yang ingin aku ajukan
Banyak rasa yang ingin aku tunjukkan
Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan selain menahan

Entah sampai kapan
Entah telah sampai di titik mana aku bertahan
Semakin dekat tujuan atau bahkan belum setengah jalan

Kuatkan aku, Tuhan
Luaskan sabarku, Tuhan
Hanya Engkau yang mampu mengulurkan pertolongan
Hanya Engkau yang paling mungkin melingkarkan pelukan
Hanya Engkau, Tuhan

Wednesday, December 6, 2017

One of the grunts

Tak perlu berusaha mati-matian menghindariku, karena Tuhan telah lebih dulu membuatku tak berhasrat untuk terang-terangan mengejarmu

Wednesday, November 8, 2017

Sebuah Pinta

"Kalau takdir-takdir menyakitkan tentangnya justru akan mengantarkan hatiku pada sebuah kelapangan menerima, maka teruslah pukul aku dengan takdir menyakitkan itu yaAllah, hingga tak lagi kurasakan sakit, hingga tak lagi kurasakan desir berbeda padanya, hingga menguap rasa ini untuknya."
--Kugumamkan saat rintik hujan, pada Tuhan

Pintu Doa

Tiada yang lebih mengharukan dari Paman saya yang kalo mimpin pengajian minta ke jamaahnya doa bersama untuk doain ponakannya agar segera bertemu jodoh.

Eh jadi saya harus haru apa malu yha haha

Wednesday, September 20, 2017

Quote Of The Day

Jatuh cinta adalah perasaan paling indah dalam Islam setelah beriman kepada Allah
[Ust. Hanan Attaki] 

Sungguh Belum Pernah


Belum pernah saya jatuh cinta sedalam ini

Belum pernah saya sesedih itu melihat oranglain pilek

Belum pernah saya begitu ingin berlama2 pada sujud terakhir hanya untuk meminta ampunan dan keselamatan untuk orang lain

Belum pernah saya begitu peduli akan karir, kesehatan dan nasib baik orang lain

Belum pernah saya menyebut nama lengkap orang lain lalu diiringi Al-Fatihah setiap malam sebelum saya tidur hanya untuk berharap Al-Fatihah yang saya bacakan bisa menyejukkan hatinya setelah ia seharian beraktivitas

Belum pernah saya begitu semangat menghafal ayat Alquran hanya untuk meredam gejolak rindu pada oranglain

Belum pernah saya begitu suka seharian menyumbat telinga dengan lantunan ayat Alquran hanya agar pikiran tentangnya teralihkan

Belum pernah saya begitu memohon pada Allah untuk dilindungi dari rasa cemburu

Belum pernah saya begitu takut mendekat pada orang lain hanya karena khawatir Allah akan cemburu

Belum pernah saya begitu rutin bangun di sepertiga malam hanya untuk mengulang-ulang doa yang padahal sudah saya panjatkan di setiap solat sunnah dan fardhu di siang harinya

Belum pernah saya sedekat ini pada Allah

Sungguh belum pernah..


Saturday, July 15, 2017

Tak Mampu Mendekat


Tak mampu mendekat
Bahkan melambai pun aku tak kuat

Dari sini aku hanya mampu menatap
Menjaga jarak
Mendekap harap

Entah berapa kali kulihat
Kau mengembangkan senyum
Pada dia yang telah membuatmu terpikat

Entah berapa kali kulihat
Dirimu mendadak bersemangat
Karena dia mengajakmu bertemu tatap

Entah berapa kali
Rasa ini telah kupukuli

Entah berapa kali
Rindu ini kubunuh tapi hidup lagi

Tetap,
Tak mampu mendekat
Tak mampu mengucap

Rasa ini,
Hanya mampu kudekap erat


Wednesday, March 8, 2017

Kekuatan Cinta Sepasang Makhluk Tuhan dan Cinta Tuhan pada Makhluknya




Judul
Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis
Penulis
Paulo Coelho
Genre
Fiksi, Religi/Spiritual
Penerbit
Gramedia Pustaka Utama
Kota dan Tahun Terbit
Jakarta, 2005
Jumlah Halaman
224 hlm
ISBN
9789792292626
Rate
4/5


Berkisah tentang Pilar dan sahabat lamanya yang dulu tumbuh bersama. Masing-masing memiliki kenangan tentang satu sama lain. Bertahun-tahun lamanya mereka berpisah. Sesekali berkirim surat. Salah satu surat yang diterima Pilar adalah tentang sang pria yang akan mengisi seminari di Madrid, dan meminta Pilar untuk datang. Pilar menyanggupi, ia pun menempuh perjalanan dari Zaragoza menuju Madrid untuk bertemu sahabat lamanya itu. Lewat pertemuan itulah tumbuh cinta diantara mereka. Pilar yang dulu hanyalah seorang gadis kecil, telah menjelma menjadi perempuan dewasa yang mandiri. Sementara sang pria telah menjadi seorang pemimpin agama yang karismatik dan dipercaya mampu memberikan kesembuhan bagi banyak orang. Ia memilih religi sebagai pelarian dari konflik-konflik batin yang ia alami, termasuk perasaannya pada Pilar. Kepada Tuhan, ia memohon pertolongan agar cintanya pada Pilar diubah menjadi cinta pada sesama. Ia tak dapat menghilangkan cintanya pada Pilar meski ia telah yakin bahwa cinta itu telah menjadi doa, amal dan membantu sesama.

Di luar sana, ada milyaran novel tentang cinta. Tapi yang membuat karya Coelho ini berbeda adalah plotnya yang sangat sederhana. Tidak banyak karakter. Tidak ada penuturan yang kompleks dalam ceritanya. Dan kisah ini menjadi tidak biasa karena ada nuansa magis dari kedua tokoh utama, kekuatan cinta yang memberi pembacanya sebuah perenungan sekaligus pencerahan. Seperti buku Coelho lainnya, ia menuliskan dengan bahasa yang puitis. Ia amat jenius dalam memaknai peristiwa. Apalagi soal cinta dan spiritual; hal yang amat sangat rumit antara keduanya.

Kisah Pilar banyak memberikan filsafat kehidupan. Pilar amat sangat pandai menahan diri. Ia mengajarkan bahwa akan mudah menguasai situasi jika kita tidak terlalu emosional. Siapapun yang bisa menaklukan hatinya pasti dapat menaklukan dunia. Seperti manusia pada umumnya, Pilar juga kerap gundah akan masa depannya, kadang juga ia terguncang karena tak dapat memaknai tujuan yang jelas. Pilar yakin bahwa melayani Tuhan tidak harus menjadi pastor, pria itu tetap dapat melayani Tuhan dengan cara lain yaitu dengan bersama dirinya. Pilar menunggu. Menunggu pria itu memutuskan jalan hidupnya.

"Menunggu sangat menyakitkan. Melupakan amatlah menyakitkan. Namun tidak mengetahui apa yang harus dilakukan adalah penderitaan yang paling menyakitkan.” adalah penggalan doa yang dipanjatkan Pilar dalam perjalanan ziarah.

Beberapa pendapat mengatakan bahwa buku ini tidak seharusnya dibaca oleh seseorang yang sedang patah hati. Pendapat saya, justru orang yang sedang patah hati perlu membaca buku ini agar dapat mengambil nilai-nilai yang dapat menguatkan dalam menjalani masa-masa patah hati. Bukan cinta yang membuat kita menderita, melainkan karena kita merasa telah memberikan lebih daripada yang kita terima. Bukan cinta yang membuat kita menderita, melainkan kegagalan dari memaksakan kehendak. Tak ada alasan untuk menderita, sebab dalam setiap cinta ada benih pertumbuhan diri.

Hiduplah. Mengenang hanya untuk orang-orang tua.” begitu kutipan yang saya ambil dari bab pertama.

Buku ini menceritakan pentingnya penyerahan diri. Pilar dan temannya hanya tokoh rekaan, namun mereka menggambarkan konflik-konflik yang kita hadapi dalam perjalanan mencari cinta. Cepat atau lambat, kita harus mengatasi ketakutan kita, karena jalan spiritual hanya dapat ditempuh melalui pengalaman sehari-hari akan cinta. Begitulah yang ingin disampaikan Coelho lewat buku ini.

Agak disayangkan karena plot terasa sangat lambat sekali, padahal kalau disimak lebih teliti settingan ceritanya hanyalah beberapa hari. Hanya tentang peristiwa-peristiwa selama mereka bertemu.

Tapi ajaibnya, kita dapat ikut merasakan pengalaman-pengalaman spiritual yang mereka rasakan. Meski saya bukan penganut Katholik seperti mereka, tapi pengalaman spiritual itu tetap dapat saya rasakan sesuai dengan iman saya. Bahwa kekuatan cinta kita pada makhluk Tuhan hanya dapat benar-benar terasa luar biasa penuh rahmat apabila kita dapat memaknai bahwa cinta Tuhan begitu besar kepada kita. Dengan mendekatkan diri pada-Nya, lalu mendalami dan memaknai cinta Tuhan untuk kita, maka mukjizat itu akan mengalir dengan sendirinya melalui segala hal yang kita maknai baik. Dan kemagisan yang ikut saya rasakan pada saat membaca buku ini juga mungkin bagian dari mukjizat itu.

Buku ini tentu akan menjadi pengalaman baru bagi mereka yang gemar membaca romansa. Cocok untuk orang yang sedang jatuh cinta, untuk tahu bahwa setiap kisah memiliki akhir menyedihkan. Tapi akhir menyedihkan adalah salah satu dari ketakutan. Dan yang perlu kita lakukan adalah mengatasi ketakutan-ketakutan kita. Buku ini juga aman dibaca bagi orang yang tengah terluka. Bahwa menderita karena mencintai seseorang adalah penderitaan yang agung dan mulia. Karena misi Tuhan melalui penderitaan itu adalah memuliakan orang yang menderita.

Tuesday, February 14, 2017

Dear Kamu


Ketika rasa yang kubunuh justru semakin subur tumbuh
Ketika oksigen dalam dadaku dirampas rindu
Andai aku mampu, rasanya ingin kusingkat waktu
Agar telah sampai pada bagian kau memelukku
Aku lari menjauh bukan karena merelakanmu
Ini caraku mengejarmu
Agar aku tau, apakah rasa ini semakin hilang atau justru tak berhenti tumbuh
Sebab doa tak mengenal jauh
Lewat doa kujaga dirimu
Semoga jeda ini berbuah temu
Begitu pintaku pada Sang Maha Satu
Kepada rasa bernama cinta, aku memberimu waktu

Dear kamu, untukmu kurawat rindu..

Friday, February 10, 2017

Tak Perlu Jumawa


Ada yang lulus kuliah 4 tahun. Ada yang 3,5 tahun. Bahkan ada yang 7 tahun. Mana yang paling bahagia? Mana yang paling baik? Mana yang paling berhasil? Maka jawabannya tidak selalu 3,5 lulus kuliah adalah yang paling baik. Ukuran baik, bahagia dan berhasil setiap orang itu berbeda. Bukan ditentukan dari ukuran yang secara tidak sengaja telah disepakati orang kebanyakan.

Boleh jadi ia lulus 7 tahun karena menyelesaikan kuliah bukanlah ukuran kebahagiaan bagi dirinya. Ketika ia mengesampingkan kuliah, boleh jadi waktunya ia gunakan untuk mengambil kesempatan-kesempatan baik yang membuat dirinya bahagia, mencapai bisnis sederhana yang membuat ambisinya tercapai.. Jadi bahagia dan baik menurutmu belum tentu jadi bahagia dan baik bagi orang lain.

Jangan lantas kamu sebut mereka yang lulus kuliah setelah 7 tahun telah gagal hidupnya. Karena yang lulus lebih dulu belum tentu lebih baik hidupnya, belum tentu lebih manfaat hidupnya. Belum tentu.

Sama juga halnya dengan perkara menikah. Yang lebih dulu bukan berarti lebih baik. Yang telat menikah bukan berarti telah gagal hidupnya.

Kalau hidupmu berjalan seperti kebanyakan hidup orang pada umumnya, jangan lantas jumawa merasa hidupmu lebih baik. Juga jangan lantas sebut hidup orang tidak baik ketika jalan cerita hidupnya tidak seperti hidup orang kebanyakan.

Beruntung sekali orang-orang yang memahami bahwa Allah adalah sebaik-baik penulis skenario. Maka tidaklah ada dalam hatinya rasa merendahkan hidup orang lain yang tidak berjalan seperti hidup orang pada umumnya.

Ukuran baik, berhasil dan bahagia itu bukan selalu karena telah sama dengan ukuran yang umum.

Tak perlu jumawa.


Mabuk


Sore itu kamu memang belum benar-benar sampai di hadapanku
Tapi ada yang lebih dulu masuk ke lorong hidungku
Harummu

Seketika mata ini terpejam, khusyuk menghirup aromamu
Aroma yang kusuka

Aku memelankan tarikan nafasku
Merasakannya perlahan
Untuk sesaat aku rela menahan nafas
Dan saat itu udara yang kulepas sepertinya lebih sedikit dari yang kuhirup
Ya, hanya karena tak sabar ingin menghirup aromamu lagi, lagi dan lagi
Harummu yang menenangkan
Harummu yang membuat aku ingin menenggelamkan wajah di dadamu
Lalu melingkarkan lenganku di pinggangmu

Sebelum aku semakin mabuk, aku membuka mata

Melihat wajahmu
Melihat kemeja yang kau kenakan
Melihat rambutmu yang rapih
Ya, aku suka rambut rapihmu
Dan senyummu yang mulai mengembang
Tapi sepasang mata itu tidak menatapku
Senyuman itu bukan ditujukan untukku
Lalu kau menyapa teman perempuan di sebelahku