Ini menurut pendapat saya:
Dalam era yang segalanya serba digital ini, google tentu sangat membantu manusia yang haus informasi seperti saya. Ketika saya butuh informasi atau lupa akan suatu hal, google menyimpan jutaan bahkan milyaran memori manusia dalam format digital (teks, video) yg mana hal itu lebih mudah diakses saat ini.
Lalu bagaimana tentang baik atau buruknya kebiasaan googling? Menurut saya itu tentang sudut pandang individu. Ketika seseorang hanya memandang hal dari sisi buruknya, maka hal baik lainnya akan selalu membuat matanya tertutup. Lalu buat apa akal pikiran yang dihadiahi tuhan dalam kepalanya? Informasi digital, seharusnya semua orang tau bahwa kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tapi kita punya akal dan pikiran bukan? Tentu bisa mengatur diri kita sendiri untuk mengontrol rasa percaya dan tidak percaya.
Sebagai contoh kasus;
1. Saya mau liburan ke pulau seribu. Saya sama sekali awam tentang pulau seribu. Kemudian saya mencari tau melalui googling. Jutaan post dihadirkan oleh mesin pencari yang paling diandalkan kebanyakan manusia ini. Kemudian saya mulai membaca satu persatu. Sedikitnya saya jadi tau bahwa pulau seribu adalah bagian dari propinsi DKI Jakarta dengan ratusan pulau kecil yang beserakan. Bahkan saya bisa tau hal2 yang mungkin tidak diketahui org lain tetapi sudah ditemui seseorang yang kemudian ia share dalam dunia maya. Kebenarannya? Itu masih dipertanyakan, kembali pada diri kita mau percaya atau tidak. Karena resiko menelusur informasi melalui dunia maya memang yang paling dipertanyakan adalah kevalidannya. Toh mereka hanya berbagi informasi dan pengalaman, mereka tidak menuntut kita untuk percaya. Setidaknya mereka membantu menjawab rasa ingin tau kita. Hargai itu, dan tetap mengandalkan akal pikiran.
Kemudian saya sampai di halaman website kementerian pariwisata yang menghadirkan informasi tentang pulau seribu. Dimana saya bisa tau bahwa pulau pramuka adalah pulau yang menjadi pusat administrative dr semua gugusan pulau seribu. Apa info ini bisa dipertanggungjawabkan? Tentu, karna datang dari halaman resmi yang dikelola oleh pemerintah. Bukan perorangan yg masih diragukan datanya.
2. Saya sering sekali merasa migrain. Kemudian saya ingin tau apa itu migrain dan informasi umum seputarnya. Kembali saya mengetik kata migrain pada google. Yang saya temukan? Tentu jutaan informasi ilmiah tentang migrain bahkan juga post tentang pengalaman orang yang merasakan migrain. Ketika 80% informasi yang saya baca mengatakan hal yang sama, itu cukup menjawab rasa ingin tau saya. Yang sebenarnya mungkin saja semua post itu saling mengutip. Tapi toh saya memang hanya ingin tahu. Dan saya tekankan, profesi dokter tentu tidak bisa digantikan oleh semua informasi ini.
Pernyataan "kebiasaan googling itu buruk" mungkin mirip halnya dengan buku yang peredarannya dilarang. Ketika sebuah deretan tulisan dianggap bisa mengubah dunia, mengubah cara pandang org atau bahkan memprovokasi orang lain. Lalu bagaimana tentang ''hak kebebasan berbicara''? Padahal mereka berbicara hanya pada orang yang ingin mendengar. Mereka menulis hanya untuk mereka yang mau membaca. Tidak mau mendengar ya tidak perlu membaca, sederhana bukan? Kenapa harus dibuat rumit?
Cobalah memandang hal dari perspektif yang berbeda. Cobalah menilai hal tidak dari sisi buruknya, setidaknya itu bisa membuat hidup kita sebagai manusia jadi seimbang.
CMIIW. Silahkan masukannya. Sekian dan terima bingkisan. Hehehe.