Tuesday, May 28, 2013

Kebiasaan googling, baik atau buruk?




Ini menurut pendapat saya:

Dalam era yang segalanya serba digital ini, google tentu sangat membantu manusia yang haus informasi seperti saya. Ketika saya butuh informasi atau lupa akan suatu hal, google menyimpan jutaan bahkan milyaran memori manusia dalam format digital (teks, video) yg mana hal itu lebih mudah diakses saat ini.

Lalu bagaimana tentang baik atau buruknya kebiasaan googling? Menurut saya itu tentang sudut pandang individu. Ketika seseorang hanya memandang hal dari sisi buruknya, maka hal baik lainnya akan selalu membuat matanya tertutup. Lalu buat apa akal pikiran yang dihadiahi tuhan dalam kepalanya? Informasi digital, seharusnya semua orang tau bahwa kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tapi kita punya akal dan pikiran bukan? Tentu bisa mengatur diri kita sendiri untuk mengontrol rasa percaya dan tidak percaya.
Sebagai contoh kasus;

1. Saya mau liburan ke pulau seribu. Saya sama sekali awam tentang pulau seribu. Kemudian saya mencari tau melalui googling. Jutaan post dihadirkan oleh mesin pencari yang paling diandalkan kebanyakan manusia ini. Kemudian saya mulai membaca satu persatu. Sedikitnya saya jadi tau bahwa pulau seribu adalah bagian dari propinsi DKI Jakarta dengan ratusan pulau kecil yang beserakan. Bahkan saya bisa tau hal2 yang mungkin tidak diketahui org lain tetapi sudah ditemui seseorang yang kemudian ia share dalam dunia maya. Kebenarannya? Itu masih dipertanyakan, kembali pada diri kita mau percaya atau tidak. Karena resiko menelusur informasi melalui dunia maya memang yang paling dipertanyakan adalah kevalidannya. Toh mereka hanya berbagi informasi dan pengalaman, mereka tidak menuntut kita untuk percaya. Setidaknya mereka membantu menjawab rasa ingin tau kita. Hargai itu, dan tetap mengandalkan akal pikiran.
Kemudian saya sampai di halaman website kementerian pariwisata yang menghadirkan informasi tentang pulau seribu. Dimana saya bisa tau bahwa pulau pramuka adalah pulau yang menjadi pusat administrative dr semua gugusan pulau seribu. Apa info ini bisa dipertanggungjawabkan? Tentu, karna datang dari halaman resmi yang dikelola oleh pemerintah. Bukan perorangan yg masih diragukan datanya.

2. Saya sering sekali merasa migrain. Kemudian saya ingin tau apa itu migrain dan informasi umum seputarnya. Kembali saya mengetik kata migrain pada google. Yang saya temukan? Tentu jutaan informasi ilmiah tentang migrain bahkan juga post tentang pengalaman orang yang merasakan migrain. Ketika 80% informasi yang saya baca mengatakan hal yang sama, itu cukup menjawab rasa ingin tau saya. Yang sebenarnya mungkin saja semua post itu saling mengutip. Tapi toh saya memang hanya ingin tahu. Dan saya tekankan, profesi dokter tentu tidak bisa digantikan oleh semua informasi ini.
Pernyataan "kebiasaan googling itu buruk" mungkin mirip halnya dengan buku yang peredarannya dilarang. Ketika sebuah deretan tulisan dianggap bisa mengubah dunia, mengubah cara pandang org atau bahkan memprovokasi orang lain. Lalu bagaimana tentang ''hak kebebasan berbicara''? Padahal mereka berbicara hanya pada orang yang ingin mendengar. Mereka menulis hanya untuk mereka yang mau membaca. Tidak mau mendengar ya tidak perlu membaca, sederhana bukan? Kenapa harus dibuat rumit?

Cobalah memandang hal dari perspektif yang berbeda. Cobalah menilai hal tidak dari sisi buruknya, setidaknya itu bisa membuat hidup kita sebagai manusia jadi seimbang.

CMIIW. Silahkan masukannya. Sekian dan terima bingkisan. Hehehe.


Tuesday, May 21, 2013

Pulang


Perlahan, sosokmu datang ketika hati ini rungsang dan ketika pikiran ini dikuras habis oleh pekerjaan.
Kamu menyapaku hanya dengan diam dan tatapan.
Tapi aku menunduk sambil menahan airmata yang mulai berlinang.
Entah..
Aku selalu lemah ketika diri ini baru saja menghadapi hari yang lelah, dan tak ada sosok yang bisa aku dapati meski hanya untuk berbagi kisah.
Yang kubisa, hanya sekuat tenaga menepis rautmu yang menghilang sesaat lalu kembali dan semakin menguat.
Bahkan kau muncul hanya dengan diam saja bisa membuatku seperti ini.
Sedu sedan karna mengingat kenangan, lalu kembali mendapati bahu yang penuh beban.
Aku ingin pulang..
Ke sudut hatimu meski harus bertemu gelap dan berteman dengan ketidakpastian akan masa depan.
Tapi semua itu cukup membuatku kerasan.
Dan setidaknya aku bisa bermalam, dibandingkan dengan rasa linglung tak tau arah pulang.


Monday, May 6, 2013


"Bahkan aku sekacau ini ditinggal kamu pergi.."

Saya, yang hanya mengetik di ponsel dan membiarkannya menjadi kata yang tak terucap



"I just missed the figure to share hugs, kisses, love and everything."

Me, who randomly miss you.
 

Sunday, May 5, 2013

I Just Loved This Pic








Belum Sempat


Belum sempat aku berkata kalau aku telah jatuh cinta berkali-kali kepadamu
Belum sempat aku berkata bahwa tidak ada lagi yang aku cari selain kebersamaan kita yang abadi
Belum sempat aku berkata bahwa kamu adalah sosok yang ada dalam bayangan masa depanku itu, benar adanya
Belum sempat aku berkata bahwa aku bahkan tak tahu kenapa aku begitu menyayangimu

Belum sempat aku meminta kamu untuk tetap selalu ada
Belum sempat aku meminta untuk jangan pergi meninggalkanku
Belum sempat aku meminta untuk selalu bertahan menghadapi egoku
Belum sempat aku meminta untuk selalu ingat sudah sejauh mana kita berjuang

Jika Tuhan memberi aku waktu untuk kembali mengulang kisah kemarin,
aku hanya ingin mengatakan dan meminta semua ini yang belum sempat
Karena aku hanya tidak ingin merasakan kehilangan yang begitu pekat
Dan tak ingin merasakan hanya kenangan lah yang begitu dekat


Friday, May 3, 2013

Lima April


Hari ini ia meminta untuk mengakhiri hubungannya denganku yang sudah berjalan 5tahun 5bulan. Mungkin ini memang yang sedari dulu kami tunggu. Akhir dari perjalanan panjang yang pernah ingin kami sudahi namun bingung bagaimana cara menyudahinya. Tanpa masalah, mengakhiri sebuah hubungan justru menjadi sesuatu yang sulit dilakukan. Ya, itu benar adanya. Seperti menghitung hari, aku berpikir bahwa hubungan ini pasti akan berakhir. Entah apa yang membuat pikiranku berkata seperti itu. Hanya menunggu waktu, dan pengetuk palu. Aku? Aku tidak mau. Aku lebih baik menunggu, mungkin ia juga begitu sampai semua ini berjalan 5tahun. Tapi terlepas dari itu, hariku bersamanya memang karena adanya cinta. Kami mencintai satu sama lain. Kami juga menikmati waktu kami saat bersama. Hanya saja, seperti ada sesuatu yang tidak menyempurnakan. Entah itu apa. Mungkin Tuhan. Mungkin tangan Tuhan tak sampai pada untaian tali yang kami ikat. Maksudku, di mata Tuhan mungkin kami tidak jodoh. Ah, mendengar kata itu aku seperti teriris. Betapa inginnya aku ia menjadi jodohku. Orang yang mengusap rambutku, mengecup keningku dan memeluk tubuh mungilku. Ya. Ia yang aku inginkan.. Tapi hari ini kenyataan memecahkan mimpiku.



The Script - The Man Who Can't be Moved



How can I move on when I'm still in love with you~

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me 
And your heart starts to wonder where on this earth I could be 
Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet 
And you'd see me waiting for you on the corner of the street~



Tentang satu kata





Hati saya tak ubahnya hunian tanpa furniture; hanya ruang kosong dan molekul-molekul debu di udara. Hati saya pernah penuh dengan kamu, sampai saya sesak dan sulit bernafas. Tapi kepergian kamu jg tidak membuat saya bernafas lega. Entah kenapa. Yang terasa hanya tarikan nafas yang sesekali berat. Setidaknya saya masih bisa bernafas. Kepergianmu tidak mempengaruhi semesta. Saya harus syukuri itu. Seperti kamu, aku juga pernah ingin jadi sisi yang meninggalkan. Tapi aku hanya tak ingin melepaskanmu terlalu mudah. Aku hanya tak rela meninggalkan semua menjadi kenangan. Juga tak ingin merasakan pahitnya kehilangan. Kemudian ketakutan itu justru mendekat dan mendekapku. Meski kini tidak ada lagi 'kita', yang kutau matahari akan tetap setia esok pagi menyapa. Meski awan bergumul menutupinya. Secepat malam menggantikan senja, secepat itu aku ingin luka ini tak lagi kurasa. Tak ada lagi pinta, kecuali dihilangkan rasa sakitnya. Karena tak mungkin aku memohon lupa. Kenangan itu akan tetap ada. Aku hanya tak ingin berpura-pura. Buat apa? Memori akan terus menerorku tanpa jeda. Hanya butuh satu kata, rela.