Tuesday, February 14, 2017

Dear Kamu


Ketika rasa yang kubunuh justru semakin subur tumbuh
Ketika oksigen dalam dadaku dirampas rindu
Andai aku mampu, rasanya ingin kusingkat waktu
Agar telah sampai pada bagian kau memelukku
Aku lari menjauh bukan karena merelakanmu
Ini caraku mengejarmu
Agar aku tau, apakah rasa ini semakin hilang atau justru tak berhenti tumbuh
Sebab doa tak mengenal jauh
Lewat doa kujaga dirimu
Semoga jeda ini berbuah temu
Begitu pintaku pada Sang Maha Satu
Kepada rasa bernama cinta, aku memberimu waktu

Dear kamu, untukmu kurawat rindu..

Friday, February 10, 2017

Tak Perlu Jumawa


Ada yang lulus kuliah 4 tahun. Ada yang 3,5 tahun. Bahkan ada yang 7 tahun. Mana yang paling bahagia? Mana yang paling baik? Mana yang paling berhasil? Maka jawabannya tidak selalu 3,5 lulus kuliah adalah yang paling baik. Ukuran baik, bahagia dan berhasil setiap orang itu berbeda. Bukan ditentukan dari ukuran yang secara tidak sengaja telah disepakati orang kebanyakan.

Boleh jadi ia lulus 7 tahun karena menyelesaikan kuliah bukanlah ukuran kebahagiaan bagi dirinya. Ketika ia mengesampingkan kuliah, boleh jadi waktunya ia gunakan untuk mengambil kesempatan-kesempatan baik yang membuat dirinya bahagia, mencapai bisnis sederhana yang membuat ambisinya tercapai.. Jadi bahagia dan baik menurutmu belum tentu jadi bahagia dan baik bagi orang lain.

Jangan lantas kamu sebut mereka yang lulus kuliah setelah 7 tahun telah gagal hidupnya. Karena yang lulus lebih dulu belum tentu lebih baik hidupnya, belum tentu lebih manfaat hidupnya. Belum tentu.

Sama juga halnya dengan perkara menikah. Yang lebih dulu bukan berarti lebih baik. Yang telat menikah bukan berarti telah gagal hidupnya.

Kalau hidupmu berjalan seperti kebanyakan hidup orang pada umumnya, jangan lantas jumawa merasa hidupmu lebih baik. Juga jangan lantas sebut hidup orang tidak baik ketika jalan cerita hidupnya tidak seperti hidup orang kebanyakan.

Beruntung sekali orang-orang yang memahami bahwa Allah adalah sebaik-baik penulis skenario. Maka tidaklah ada dalam hatinya rasa merendahkan hidup orang lain yang tidak berjalan seperti hidup orang pada umumnya.

Ukuran baik, berhasil dan bahagia itu bukan selalu karena telah sama dengan ukuran yang umum.

Tak perlu jumawa.


Mabuk


Sore itu kamu memang belum benar-benar sampai di hadapanku
Tapi ada yang lebih dulu masuk ke lorong hidungku
Harummu

Seketika mata ini terpejam, khusyuk menghirup aromamu
Aroma yang kusuka

Aku memelankan tarikan nafasku
Merasakannya perlahan
Untuk sesaat aku rela menahan nafas
Dan saat itu udara yang kulepas sepertinya lebih sedikit dari yang kuhirup
Ya, hanya karena tak sabar ingin menghirup aromamu lagi, lagi dan lagi
Harummu yang menenangkan
Harummu yang membuat aku ingin menenggelamkan wajah di dadamu
Lalu melingkarkan lenganku di pinggangmu

Sebelum aku semakin mabuk, aku membuka mata

Melihat wajahmu
Melihat kemeja yang kau kenakan
Melihat rambutmu yang rapih
Ya, aku suka rambut rapihmu
Dan senyummu yang mulai mengembang
Tapi sepasang mata itu tidak menatapku
Senyuman itu bukan ditujukan untukku
Lalu kau menyapa teman perempuan di sebelahku